Fidyah Sholat Karena Meninggal Masih Punya Tanggungan

Diposting pada

Fidyah Sholat Karena Meninggal Masih Punya Tanggungan – Penting bagi keluarga atau ahli waris yang meninggal dunia agar membayarkan fidyahnya atas nama almarhum atau almarhumah. Pada halaman ini kami Fiqih.co.id in syaa Allah akan memberikan materi rimgkas tentang perihal tersebut yang dalam hal ini adalah menurut Fiqih dalam madzhab Syafi’i.

Pada halaman sebelumnya kami sudah menyampaikan juga materi tentang fidyah puasa akibat sakit dan sampai meninggal belum sempat membayarnya padahal ada kesempatan sehat untuk membayar.

Daftar Isi

Fidyah Sholat Karena Meninggal Masih Punya Tanggungan

Saudara dan saudariku hadaanaallahu wa iyyakum ajma’in. Semua kita tentu sudah mengerti dan faham mengenai masalah fidyah. Namun tidak menutup kemungkinan masih ada yang memerlukan bimbingan melalui tulisan ini. Oleh sebab itu perkenankan kami untuk memberikan materinya terkait fidyah tersebut.

Dan dalam keterangan ini juga kami akan mengutip mengenai Fidyah sholat dan  puasa yang tertinggal keterangannya dari Fathul mu’in dan hadits shohi albukhari.

Mukadimah

السّلام عليكم ورحمة الله و بركاته بسم الله الرّحمن الرّحيم * الحمد لله رب العالمين، اللهم صل و سلم على خاتم النبيين سيدنا محمد رسول الله و على اله و صحبه اجمعين، أَمَّا بَعْدُ و  قال تعالى في القرأن العظيم : اعوذ بالله من الشيطان الرّجيم، يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَ لاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَ لِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَ لِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ  ۞ (البقرة  : ١٨٥)ٴ

Segala Puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan Salam semoga tetap tercurah ke haribaan Nabi Agung Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam. Pembaca yang kami kagumi rohimakumullah, melalui tulisan ini mari kita beca dengan baik sampai selesai materi ini mengenai fidyah sholat dan puasa.

Fidyah Sholat dan Puasa

Tertulis dalam kitam Fathul mu’in atau dalam I’anah Jili 2 halaman 244 kitab kuning cetakan al-‘alawiyah Semarang. Teks aslinya sebagai berikut;

ٴ(فَائِدَةٌ) مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صَلَاةٌ، فَلَا قَضَاءَ، وَلَا فِدْيَةَ. وَفِي قَوْلٍ – كَجَمْعِ مُجْتَهِدِيْنَ – أَنَّهَا تُقْضَى عَنْهُ، لِخَبَرْ الْبُخَارِي وَغَيْرِهِ، وَمِنْ ثَمَّ اِخْتَارَهُ جَمْعٌ مِنْ أَئِمَتِنَا، وَفَعَلَ بِهِ السُّبْكِي عَنْ بَعْضِ أَقَارِبِهِ، وَنَقَلَ اِبْنُ بُرْهَانٍ عَنِ الْقَدِيْمِ أَنَّهُ يَلْزِمُ الْوَلِيُّ – إِنْ خَلَفَ تِرْكَهُ – أَنْ يُصَلِيَ عَنْهُ، كَالصَّوْمِ.ٴ

وَفِي وَجْهٍ – عَلَيْهِ كَثِيْرُوْنَ مِنْ أَصْحَابِنَا – أَنَّهُ يُطْعِمُ عَنْ كُلِّ صَلَاةٍ مُدًّا. وَقَالَ الْمُحِبُّ الطَّبَرِيُّ: يَصِلُ لِلْمَيِّتِ كُلُّ عِبَادَةٍ تُفْعَلُ عَنْهُ: وَاجِبَةً أَوْ مَنْدُوْبَةً. وَفِيْ شَرْحِ الْمُخْتَارِ لِمُؤَلِفِهِ: مَذْهَبُ أَهْلِ السُّنَّةِ أَنَّ لِلْاِنْسَانِ أَنْ يَجْعَلَ ثَوَابَ عَمَلِهِ وَصَلَاتِهِ لِغَيْرِهِ وَيَصِلُهُ

Terjemah dalam bahasa indonesia Fidyah sholat dan puasa

“Faidah. Barangsiapa meninggal dunia dan memiliki tanggungan sholat, ia tidak wajib mengqadha’ dan membayar fidyah (atas sholat tersebut). Sedangkan menurut sebagian pendapat – seperti sekelompok mujtahid – sholat tersebut diqadha’i, berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhari dan lainnya.

Pendapat ini juga dipilih oleh para imam mazhab kita (Syafi’i) dan Imam as-Subki melakukan hal ini pada sebagian kerabatnya. Imam Ibnu Burhan menukil dari qaul qadim bahwa wajib bagi wali untuk mensholati atas sholat yang mayit tinggalkan, jika memang mayit meninggalkan harta tirkah (warisan).

Menurut pendapat lain, yang diikuti oleh banyak ulama mazhab Syafi’i bahwa wali memberi makan satu mud pada setiap sholat (yang ditinggalkan). Imam al-Muhib at-Thabari berpendapat bahwa setiap ibadah yang dilakukan untuk mayit bisa sampai padanya, baik berupa ibadah wajib ataupun ibadah sunnah.

Dalam kitab Syarah al-Mukhtar dijelaskan: ‘Mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah berpandangan bahwa seseorang bisa menjadikan pahala amal dan sholatnya untuk orang lain dan pahala tersebut bisa sampai padanya’” (Syekh Zainuddin al-Maliabari, Fath al-Mu’in, atau I’anatu tholibin  juz 2, hal. 244 cetakan Pustaka ‘alawiyah semarang kitab kuning)

Penjelsana Fidyah Sholat dan Puasa

Berdasarkan keterangan di atas banyak ulama dalam madzhab Syafi’i telah melakukan qodho puasa dan qodho sholat atas nama almarhum dan al-marhumah yang masih punya tanggungan puasa da sholatnya.

Dan ada juga yang tidak melakukan qodho, tapi ia menggantinya dengan bayar kifarat atau bayar fidyah untuk atas nama al-marhum atau al-marhumah. Bahkan tidak hanya puasa dan sholat saja tapi juga sumpah dan nadzarnya dikifaratin.

Dalil Qodho Atas Nama Mayit

Mengenai perihal qodho atas nama mayit diterangkan dalam hadits sebagaimana Dalam Shohih Al-bukhori Bab Man Mata wa’alaihi Nadzrun. Diterangkan dalam kitab tersebut yang teksnya sebagai berikut;

وَفِي صَحِيح الْبُخَارِيّ فِي بَاب مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ نَذْرٌ أَنَّ اِبْن عُمَرَ أَمَرَ مَنْ مَاتَتْ أُمُّهَا وَعَلَيْهَا صَلَاةٌ أَنْ تُصَلِّيَ عَنْهَا . وَحَكَى صَاحِب الْحَاوِي عَنْ عَطَاء بْن أَبِي رَبَاح وَإِسْحَاق بْن رَاهْوَيْهِ أَنَّهُمَا قَالَا بِجَوَازِ الصَّلَاة عَنْ الْمَيِّت وَقَالَ الشَّيْخُ أَبُو سَعْد عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ هِبَةُ اللَّهِ بْنِ أَبِي عَصْرُون مِنْ أَصْحَابنَا الْمُتَأَخِّرِينَ فِي كِتَابه الِانْتِصَار إِلَى اِخْتِيَار هَذَا

Terjemah Dalil Qodho Atas Nama Mayit

Dan didalam shahih Bukhari pada Bab orang yang meninggal, sedangkan yang bersangkutan dia mempunyai tanggungan membayar nadzar. Sesungguhnya Ibnu Umar memerintahkan seorang wanita yang ditinggal mati ibunya, sedaangkan ibunya mempunyai tanggungan sholat wajib, si wanita tersebut supaya melakukan sholat untuk atas nama ibunya.

Shahibul Hawi menghikayahkan dari Imam Atha` bin Abi Rabah dan Imam Ishaq bin Rahawaih, bahwasanya keduanya berpendapat bolehnya melakukan sholat untuk mayit. Syeikh Abu Sa’d Abdullah bin Muhammad bin Hibatullah bin Abi Ashrun, termasuk ashab mutaakhkhirin kami dalam kitab al Intishar menyokong pendapat ini.

Madzhab Hanafi Tentang Fidyah Sholat

Diterangkan dalam madzhab hanafi kutipan ringkasnya sebagai berikut;

فقد ذهب فقهاء الحنفية إلى أن من مات وعليه صلاة فإنه يطعم عنه عن كل صلاة، كما هو الحال فيمن مات وعليه صوم

قال السرخسي في المبسوط: إذا مات وعليه صلوات يطعم عنه لكل صلاة نصف صاع من حنطة، وكان محمد بن مقاتل يقول أولا: يطعم عنه لصلوات كل يوم نصف صاع على قياس الصوم، ثم رجع فقال: كل صلاة فرض على حدة بمنزلة صوم يوم وهو الصحيح.. انتهى

Bahasa Indomesianya Madzhab Hanafi Tentang Fidyah Sholat

Para Fuqoha dalam Mmadzhab Hanafi telah melakukan bahwa barang siapa meninggal dunia dan ia masih punya tanggungan sholat, maka keluarganya harus memberikan makan dari setiap per satu sholatnya. Hal tersebut  sebagaimana halnya orang yang meninggal dunia dan ia punya tanggungan puasa.

Penjelasan Imam As-Sarkhosi dalam Kitab Al-Mabsuth; Apabila seseorang meninggal dunia dan dia punya tanggungan sholat, maka perlu memberi makan pada fakir muiskin atas nama al-marhum untuk setiap per satu kali sholat dibayar dengan setengah sho’ (setengah fitrah) dari gandum.

Syekh Muqotil menjelaskan awalnya; Memberi makan atas nama al-marhum untuk sholat setiap hari adalah setengah sho’ karena qiyas pada puasa. Kemudian kembali beliau menjelaskan bahwa setiap satu sholat fardu itu sesuai dengan puasa sehari adalah lebih shohih.

Cara Peraktek Fidyah

Dalam pelaksanaan fidyah untuk atas nama orang yang sudah meninggal kalau memang cukup maka langsung saja diberikan kepada mustahiknya sesuai dengan barapa kali al-marhum meninggalkan shoalat, berapa kali al-marhum meninggalkan puasa, berapa kali al-marhum bersumpah dan berapa kali al-marhum bernadzar yang belum dibayar.

Maka kesemuanya itu dihitung, kemudian dikalikan pada ukuran makan sehari orang miskin, ini yang lebuih mudah.

Namun bagaimana kalau tidak mencukupi harta tinggalannnya?, jika diperkirakan tidak mencukupi, maka bisa dengan cara diputar. Yakni diserahkan kepada mustahik lalu mustahik mengambalikannya lagi kepada pemberi. Ini bisa dilakukan sampai dengan selsai.  fidyah sholat, puasa, sumpah dan nadzar. Wallahu a’lam.

Contoh Cara Pemberian Fidyah Yang Diputar.

Jadi misal ada yang meningal dan masih punya tanggungan kewajiban; baik sholat, puasa, sumpah maupun nadzar, maka bisa difidyahi dengan cara diputar seperti yang kami terangkan di atas.

Misal kita sudah kumpulkan para mustahiknya kemudian ambilah simbolis dari beras sekedarnya lalu dikelilingkan pada jamaah yang sudah siap menerimanya.

Atas nama Pemberi Mengucapkan kepada mustahik denga ucapan;

مَلَكْتُكَ هَذَا الْمَالَ عَمَّا فِي ذِمَّةِ كِفَارَةِ الصَّوْمِ عَنْ ……. بن / بنت ….. فِدْيَةً عَنْ صَوْمِهِ

Aku berikan harta ini kepadmu berkenaan dengan tebusan kifarat puasanya si ……… bin / binti …. sebagai fidyah dari puasanya.

Kemudian yang menerimanya mengucapkan lafadz sebagai berikut ;

قَبِلْتُ هَذَا الْمَالَ وَمَلَكْتُكَ

Aku terima harta ini dan aku berikan lagi kepadamu.

Seperti tersebut itu dilakukan kepada semua jamaah yang sudah siap menerimanya secara bergiliran berputar, dan setelah selesai, maka diteruskan pada yang kedua tantang sholat, bacaan untuk yang memberikan hanya tinggal mengganti kalimat (الصَّوْمِ) diganti dengan (الصَّلَاة ) dan (عَنْ صَوْمِهِ) diganti dengan (عَنْ صَلَاتِهِ) demikian juga seterusnya yaitu; sumpah dan nadzrnya.

Fidyah Sholat dan Puasa
Fidyah Sholat dan Puasa

Demikian uraian ringkas materi tentang; Fidyah Sholat Karena Meninggal Masih Punya Tanggungan Mudah mudahan dari uraian ringkas ini dapat meberikan manfaat pada kita semua. Mohon Abaikan saja uraian kami ini, jika pembaca tidak sependapat. Terimakasih atas kunjungannya. Wallahu A’lamu bish-showab, wa bihi nasta’in.