Naib Fa’il Yakni Bab Maf’ul yang Fa’ilnya Tidak Disebutkan

Diposting pada

Naib Fa’il Yakni Bab Maf’ul yang Fa’ilnya Tidak Disebutkan – Para Santri yang kami banggakan barusan kita pelajari tentang Fa’il, maka sekarang mari kitaikuti selanjutnya. Kali ini fiqih.co.id akan sampaikan Bab Maf’ul yang tidak disebutkan fa’ilnya.

بَابُ الْمَفْعُوْلِ الَّذِيْ لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ (yakni Maf’ul yang fa’ilnya tidak disebutkan) dengan terjemah lughot jawa tulisannya arabic untuk para santri yang masih pemula di Pondok Pesantren Salafiyah (pesantren kuno), atau siapa saja yang memang membuthkan. Terjemahan ini ditulis secara singkat dan spesifik.

Daftar Isi

Naib Fa’il Yakni Bab Maf’ul yang Fa’ilnya Tidak Disebutkan

Untuk lebih jelasnya mengenai Terjemahan dan penjelasan بَابُ الْمَفْعُوْلِ الَّذِيْ لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ maka kalian baca terjemahannya yang kami tuliskan di bawah ini;

Naib Fa’il Bab Al-Maf’ul Al-Ladzi Lam Yusamma Fa’iluhu

Adapun yang dimaksud dengan maf’ul yang tidak disebutkan nama fa’ilnya itu ialah isim yang dirofa’kan yang mana bersama maf’ul tersebut tidak disebutkan fa’ilnya, adapun tulisan aslinya dalam kitab matan  Jurmiyah adalah sebagai berikut;

بَابُ الْمَفْعُوْلِ الَّذِيْ لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ

أوتوي إكي إيكو باب مفعول كڠ أورا ديأراني أفا فاعلي مفعول

وَهُوَ الْإِسْمُ الْمَرْفُوْعُ الَّذِيْ لَمْ يُذْكَرْ مَعَهُ فَاعِلُهُ، فَإِنْ كَانَ الْفِعْلُ مَاضِيًا ضُمَّ أَوَّلُهُ وَكُسِرَ مَا قَبْلَ أَخِرِهِ،

Terjemahnya bahasa jawa tulisan arab

لن أوتوي إي الْمَفْعُوْلِ الَّذِيْ لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ إيكو إسم كڠ ديرفعكن تور كڠ أورا دِيْسۤبُوْتَكۤنْ سرتاني مفعول أفا فاعلي مفعول، مك لمون أنا أفا فِعِلْ إيكو ماضي مك دِيْضَمَةْ ئَكۤنْ أفا أوَّلۤيْ فعل ماضي لن ديكسرة ئَكۤنْ أفا حروف كڠ إڠدالم سادوروڠي أَخِرۤيْ فعل ماضي

Fi’il Mudhri’ Majhul

وَإِنْ كَانَ مُضَارِعًا ضُمَّ أَوَّلُهُ وَفُتِحَ مَا قَبْلَ أَخِرِهِ. وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ ظَاهِرٌ وَمُضْمَرُ، فَالظَّاهِرُ نَحْوُ قَوْلِكَ  ضُرِبَ زَيْدٌ وَيُضْرَبُ زَيْدٌ وَأُكْرِمَ عَمْرٌو وَيُكْرَمُ عَمْرٌو.﯁

لن لمون أنا أفا فعل إيكو مضارع مك دِيْضَمَةْ ئَكۤنْ أفا أوَّلۤيْ فعل مضارع لن ديفتحة ئَكۤنْ أفا حروف كڠ إڠدالم سادوروڠي أَخِرۤيْ فعل مضارع. لن لن أوتوي إي الْمَفْعُوْلِ الَّذِيْ لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ إيكو ترباڮي إڠأتسي دوا باڮييان، سيجي ظاهر، لن كفيڠ لورو مضمر، مك أوتوي كڠ ظاهر إيكو سؤمفاما فڠنديكا سيرا لفظ : ضُرِبَ زَيْدٌ، [ويس ديفوكول سافا زيد] وَيُضْرَبُ زَيْدٌ، [لن بَكَالْ ديفوكول سافا زيد] وَأُكْرِمَ عَمْرٌو، [لن ويس ديموليائكن سافا عمرو]  وَيُكْرَمُ عَمْرٌو . [لن بكال ديموليائكن سافا عمرو]﯁

Terjemah dalam bahasa Indonesia

الْمَفْعُوْلِ الَّذِيْ لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ ; al-Maf’ul al-ladzi lam yusamma fa’iluhu itu adalah isim yang dirofa’kan. (Yakni didhomahkan pada akhir kalimatnya) yang mana fa’ilnya atau subjeknya itu tidak disebutkan. haru

Jadi apabila ada kalimah fi’il, yang fi’ilnya itu fi’il madhi maka awalnya itu mesti dibaca dhomah lalu kemudian huruf yang sebelum akhir kalimat itu dikasrahkan. (yakni fi’il tersebut dinamakan fi’il mabni lil-maf’ul atau dalam kata lain disebut juga dengan nama “fi’il Majhul”)

Dan apabila fi’ilnya itu adalh fi’il Mudhori’ maka dibaca dhomahkan awalnya (yakni huruf pertama pada kalimat tersebu) dan difathahkan huruf yang sebelum akhir kalimah.

Dan adapun al-Maf’ul al-ladzi lam yusamma fa’iluhu itu terbagi dua bagian. Satu Dzohir. Dan yang ke-dua mudhmar.

Naib Fa’il Dzohir

Adapun yang Dzohir yaitu contoh seperti perkataanmu: ضُرِبَ زَيْدٌ, يُضْرَبُ زَيْدٌ, أُكْرِمَ عَمْرٌو, يُكْرَمُ عَمْرٌو maknanya: ضُرِبَ زَيْدٌ Zaid Telah dipukul. يُضْرَبُ زَيْدٌ Zaid akan dipukul, أُكْرِمَ عَمْرٌو Umar sudah dimuliakan, يُكْرَمُ عَمْرٌو Umar akan dimuliakan.

Keterangan:

Di dalam contoh tersebut coba kalian perhatikan naib fa’ilnya, bukankah jelas tertulis lafadz ; “زَيْدٌ”   Lafadz: “زَيْدٌ”  ini statusnya maf’ul (objek) hanya saja dia menempati di posisi fa’il, maka disebut dengan sebutan; “naib fa’il” coba kita tarkib dengan tarkiban singkat saja lafadz: (ضُرِبَ زَيْدٌ)  maknanya: Telah dipukul sipa Zad, denga makna sepert tersebut barangkali kalian tidak faham, sekarang kita balik memaknainya: Zaid telah dipukul. kemudian mari kiata tarkib secara singkat saja: (ضُرِبَ زَيْدٌ), ضُرِبَ  kalimah fi’il madhi harus mabni fathah dzohir. زَيْدٌ jadi naib fa’ilnya harus rofa’ alamat rofa’nya dhomah dzohir.

Naib Fa’il Mudhmar

وَالْمُضْمَرُ نَحْوُ قَوْلِكَ ضُرِبْتُ وَضُرِبْنَا وَضُرِبْتَ وَضُرِبْتِ وَضُرِبْتُمَا وَضُرِبْتُمْ وَضُرِبْتُنَّ وَضُرِبَ وَضُرِبَتْ وَضُرِبَا وَضُرِبَتَا وَضُرِبْنَ

لن أوتوي كڠ مضمر إيكو سؤمفاما فڠنديكا سيرا لفظ : ضُرِبْتُ وَضُرِبْنَا وَضُرِبْتَ وَضُرِبْتِ وَضُرِبْتُمَا وَضُرِبْتُمْ وَضُرِبْتُنَّ وَضُرِبَ وَضُرِبَتْ وَضُرِبَا وَضُرِبَتَا وَضُرِبْنَ

Terjemahan dengan bahasa Indonesia الْمُضْمَرُ ;

Adapu contohnya yang Mudhmar itu missal seperti uacapanmu lafadz: ضُرِبْتُ , ضُرِبْنَا, ضُرِبْتَ, ضُرِبْتِ, ضُرِبْتُمَا, ضُرِبْتُمْ, ضُرِبْتُنَّ, ضُرِبَ, ضُرِبَتْ, ضُرِبَا, ضُرِبَتَا, ضُرِبْنَ,

Maf’ul mudhmar naib fa’ilnya tidak tertulis jelas atau tidak nampak naib fa’ilnya ia tersimpan, mari kita ambil contoh satu yang mudhmar munfashil yaitu seperti lafadz: “ضُرِبَضُرِبَ kalimah fi’il madhi majhul harus mabni fathah dzohir, naib fa’ilnya dhomir mustatar jawazan taqdirnya huwa, huwa ya’udu ‘ala Zaid.

Untuk lebih gamblangnya kalian harus ada ustadz pembimbing dalam menjelaskan apa yang dimaksud dengan: الْمُضْمَرُ  ?.

Para santri yang kami banggakan mudah-mudahan kalian bisa memahami penjelasan kami di atas tentang Penjelasan Maf’ul alladzi lam yusamma fa’iluhu. Kemudian juga dapat memahami yang dzohir dengan yang mudhmar. Meskipun uraian kami ini kurang bisa difahami, tapi in syaa allah kalau didampingi ustadz pembimbing dengan diberikan penjelasan dan contoh-contohnya maka mudah-mudahan kalian faham. Semoga ini bisa membantu.

In syaa allah pada kesempata berikutnya kami akan sampaikan lagi lanjutannya. Yang terpenting matangkan dulu yang sudah dipelajari.

"<yoastmark

Demikian Uraian Materi Nahwu mengenai; Naib Fa’il Yakni Bab Maf’ul yang Fa’ilnya Tidak Disebutkan – Mudah mudahan saja tulisan ini bermanfa’at serta bisa menambah pengetahuan untuk para santri pemula. Terimakasih atas kunjungannya.