Daftar Isi
Hukum Sholat Sunnah Rawatib Menurut Syafi’i
Sholat sunnah rawatib merupakan salah satu ibadah yang sangat ditekankan dalam Islam. Sholat ini menjadi penyempurna bagi sholat fardhu yang lima waktu. Dalam madzhab Syafi’i, pembahasan mengenai hukum, jumlah, dan keutamaan sholat sunnah rawatib sangat penting karena berkaitan dengan keseharian seorang muslim. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai hukum sholat sunnah rawatib menurut Imam Syafi’i, lengkap dengan dalil, penjelasan ulama, serta relevansinya dalam kehidupan modern umat Islam.
1. Pengertian Sholat Sunnah Rawatib
Sholat sunnah rawatib adalah sholat sunnah yang mengiringi sholat fardhu lima waktu. Disebut rawatib karena memiliki keteraturan (rutinitas) dan dilakukan secara terus-menerus sesuai waktu sholat wajib. Sholat sunnah rawatib terbagi menjadi dua jenis:
-
Qabliyah → sholat sunnah yang dilakukan sebelum sholat fardhu.
-
Ba’diyah → sholat sunnah yang dilakukan setelah sholat fardhu.
Tujuan utama sholat rawatib adalah untuk menyempurnakan kekurangan dalam sholat wajib, sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi, bahwa sholat sunnah akan menjadi pelengkap bagi sholat fardhu yang kurang sempurna.
2. Dalil Sholat Sunnah Rawatib
Dalam madzhab Syafi’i, dasar pelaksanaan sholat sunnah rawatib merujuk pada hadits-hadits shahih, di antaranya:
-
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَلَّى فِي اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً سِوَى الْمَكْتُوبَةِ بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa sholat dua belas rakaat dalam sehari semalam, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga.”
(HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).
-
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan:
سَمِعْتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
“Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Tidaklah seorang hamba muslim sholat setiap hari dua belas rakaat sholat sunnah selain fardhu, melainkan Allah bangunkan untuknya rumah di surga.”
(HR. Muslim).
Dalil-dalil ini menjadi landasan utama bagi Imam Syafi’i dan ulama dalam menetapkan hukum sholat sunnah rawatib.
3. Jumlah Rakaat Sholat Rawatib Menurut Imam Syafi’i
Imam Syafi’i menetapkan jumlah sholat sunnah rawatib mu’akkadah sebanyak 12 rakaat, yaitu:
-
Dua rakaat sebelum Subuh
-
Empat rakaat sebelum Zuhur
-
Dua rakaat setelah Zuhur
-
Dua rakaat setelah Maghrib
-
Dua rakaat setelah Isya
Sehingga totalnya adalah 12 rakaat.
Namun, Imam Syafi’i juga menjelaskan bahwa selain jumlah minimal tersebut, ada tambahan rakaat sunnah rawatib yang dianjurkan namun statusnya ghairu mu’akkadah (tidak sekuat mu’akkadah). Misalnya, dua rakaat sebelum Asar dan dua rakaat sebelum Isya.
4. Hukum Sholat Sunnah Rawatib dalam Madzhab Syafi’i
Dalam madzhab Syafi’i, sholat sunnah rawatib dihukumi sunnah mu’akkadah. Artinya, sangat dianjurkan untuk dilakukan secara rutin, bahkan menjadi kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ.
-
Imam an-Nawawi, salah satu ulama besar Syafi’iyyah, menegaskan dalam al-Majmu’:
“Sholat sunnah rawatib itu sunnah mu’akkadah, tidaklah gugur meskipun dalam keadaan safar, kecuali qabliyah Zuhur yang empat rakaat, maka hukumnya ringan jika ditinggalkan saat safar.”
Dengan demikian, hukum sholat rawatib dalam madzhab Syafi’i sangat kuat anjurannya. Meski tidak wajib, meninggalkannya secara terus-menerus dianggap merugikan diri sendiri karena kehilangan pahala yang besar.
5. Keutamaan Sholat Sunnah Rawatib
Menurut ulama Syafi’iyyah, sholat rawatib memiliki keutamaan yang sangat besar, di antaranya:
a. Penyempurna Sholat Wajib
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Amal seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah sholat. Jika sholatnya sempurna, maka ia beruntung. Jika ada kekurangan, Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki sholat sunnah, maka sempurnakanlah dengannya kekurangan sholat wajibnya.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).
b. Menjadi Sebab Dibangunkan Rumah di Surga
Hadits Ummu Habibah di atas menegaskan bahwa orang yang menjaga sholat rawatib akan mendapatkan rumah di surga.
c. Mendapatkan Cinta Allah
Orang yang rutin melaksanakan sunnah rawatib menunjukkan kesungguhan dalam beribadah, sehingga mendekatkan diri pada cinta Allah.
d. Menjadi Penjaga dari Kelalaian
Dengan melaksanakan rawatib, seorang muslim terbiasa disiplin dalam sholat, sehingga terhindar dari sifat lalai.
6. Perbedaan Sholat Sunnah Mu’akkadah dan Ghairu Mu’akkadah
Dalam madzhab Syafi’i, sholat rawatib terbagi dua:
-
Mu’akkadah (sangat ditekankan)
-
12 rakaat yang sudah disebutkan di atas.
-
Inilah yang senantiasa dijaga Nabi ﷺ.
-
-
Ghairu Mu’akkadah (tidak terlalu ditekankan)
-
Seperti dua rakaat sebelum Asar, dua rakaat sebelum Isya, dan dua rakaat sebelum Maghrib.
-
Nabi terkadang melakukannya, tetapi tidak selalu.
-
Perbedaan ini penting agar umat Islam memahami mana yang lebih utama dijaga.
7. Pandangan Imam Syafi’i tentang Sholat Sunnah Qabliyah Subuh
Imam Syafi’i memberikan perhatian khusus pada sholat sunnah qabliyah Subuh (2 rakaat sebelum Subuh). Bahkan beliau menyebutkan bahwa sholat ini lebih berharga daripada dunia dan seisinya, berdasarkan hadits shahih riwayat Muslim:
“Dua rakaat sebelum Subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya.”
Karena itu, meskipun dalam kondisi safar atau lemah, ulama Syafi’iyyah sangat menganjurkan tetap menjaga sholat qabliyah Subuh.
8. Sholat Sunnah Rawatib Saat Safar Menurut Syafi’i
Dalam madzhab Syafi’i, hukum sholat rawatib saat safar tetap sunnah mu’akkadah, kecuali qabliyah Zuhur empat rakaat yang lebih ringan hukumnya.
-
Imam Nawawi menyebutkan bahwa Nabi ﷺ tetap menjaga sholat sunnah rawatib meskipun dalam perjalanan, terutama dua rakaat sebelum Subuh dan dua rakaat setelah Maghrib.
-
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sholat sunnah rawatib meski dalam kondisi sulit.
9. Hikmah Syariat Sholat Sunnah Rawatib
Jika kita renungkan, sholat sunnah rawatib memiliki banyak hikmah, di antaranya:
-
Membiasakan kedisiplinan dalam ibadah
Rawatib membuat seorang muslim selalu dekat dengan waktu sholat wajib. -
Menguatkan kekhusyukan
Dengan melaksanakan rawatib, jiwa lebih siap dan tenang dalam mengerjakan sholat fardhu. -
Melatih kesabaran
Melakukan sholat sunnah secara rutin menumbuhkan kesabaran dalam menjalankan ketaatan. -
Menghapus kekurangan sholat wajib
Tidak ada manusia yang sempurna dalam sholat wajib. Rawatib hadir sebagai penutup kekurangan.
10. Relevansi Sholat Rawatib di Era Modern
Bagi umat Islam masa kini, sholat rawatib memiliki peranan yang sangat penting. Kesibukan dunia seringkali membuat orang lalai, sehingga rawatib menjadi benteng spiritual.
-
Bagi pekerja kantoran, sholat qabliyah dan ba’diyah Zuhur bisa menjadi momen menenangkan diri dari penat.
-
Bagi pelajar dan mahasiswa, sholat rawatib membiasakan mereka disiplin dengan waktu.
-
Bagi masyarakat urban, sholat rawatib bisa menjadi penyeimbang kehidupan duniawi yang sibuk dengan dunia digital.
Dengan menjaga sholat rawatib, seorang muslim tidak hanya menambah pahala, tetapi juga menjaga keseimbangan jiwa.
11. Kesalahan Umum dalam Sholat Rawatib
Meski banyak yang mengerjakannya, ada beberapa kesalahan umum, antara lain:
-
Menganggap remeh rawatib → padahal pahalanya sangat besar.
-
Melaksanakannya dengan terburu-buru → sehingga mengurangi kekhusyukan.
-
Tidak memahami jumlah rakaat yang mu’akkadah → sehingga tidak konsisten.
-
Hanya dikerjakan saat sempat → bukan dijadikan kebiasaan tetap.
Padahal, Imam Syafi’i menekankan konsistensi dalam ibadah, bukan hanya sekadar formalitas.
12. Kesimpulan
Sholat sunnah rawatib menurut Imam Syafi’i memiliki hukum sunnah mu’akkadah, artinya sangat dianjurkan dan ditekankan pelaksanaannya. Jumlah rakaat yang utama adalah 12 rakaat, dengan keutamaan besar, di antaranya penyempurna sholat wajib, mendekatkan diri pada Allah, serta menjadi sebab dibangunkan rumah di surga.
Dalam madzhab Syafi’i, qabliyah Subuh memiliki kedudukan paling utama. Bahkan saat safar, sebagian rawatib tetap dianjurkan, menunjukkan pentingnya ibadah ini.
Di era modern, sholat rawatib tidak hanya bernilai ibadah, tetapi juga menjadi sarana ketenangan jiwa, disiplin, dan pelengkap kekurangan spiritual manusia. Oleh karena itu, seorang muslim sebaiknya menjadikan sholat sunnah rawatib sebagai bagian tak terpisahkan dari rutinitas ibadah hariannya.