Murtad ; Perkara Ini Ialah Satu Diantara Kufur Terjelek

Diposting pada

Murtad ; Perkara Ini Ialah Satu Diantara Kufur Terjelek Hukum-hukumnya diterangkan dalam satu fasal al-ridah. Pada artikel ini fiqih.co.id  akan menuliskan satu fasal menjelaskan hukum-hukum murtad dari Fathul qoribul mujib.

Daftar Isi

Murtad ; Perkara Ini Ialah Satu Diantara Kufur Terjelek

Al-Ridah atau “Murtad” ini adalah kufur terjelek. Murtad ini dalam pengertian bahasa artinya yang bersangkutan kembali dari meninggalkan sesuatu yanglainnya.

Perkara tersebut ditegaskan dalam fan fiqih pada satu fasal khusus membahas perihal tersebut, dan di halaman ini kita akan menuliskannya sesuai yang kami pelajari dari fasal fi ahkamir riddah.

Murtad

Berikut ini ialah fasal yang menerangkan mengenai hukum hukmnya Murtad “AL-riddah”  yakni kembali dari sesuatu  pada yang lainnya, hal ini diterangkan seperti berikut ini;

فصلٌ): فِيْ أَحْكَامِ الرِّدَّةِ وَهِيَ أَفْحَشُ أَنْوَاعِ الْكُفْرِ وَمَعْنَاهَا لُغَةً الرُّجُوْعُ عَنِ الشَّيْءِ إِلَى غَيْرِهِ، وَشَرْعاً قَطْعُ الْإِسْلَامِ بِنِيَّةِ كُفْرٍ أَوْ قَوْلِ كُفْرٍ أَوْ فِعْلِ كُفْرٍ كَسُجُوْدٍ لِصَنَمٍ، سَوَاءٌ كَانَ عَلَى جِهَةِ الْاِسْتِهْزَاءِ أَوْ الْعِنَادِ أَوِ الْاِعْتِقَادِ كَمَنْ اِعْتَقَدَ حُدُوْثَ الْصَانِعِ 

P a s a l : Menerangkan tentang hukum-hukumnya Murtad. Adapun Murtad adalah satu di antra beberapa kufur yang terjelek . Makna “Riddah” menurut bahasa kembali dari meninggalkan sesuatu yang lainnya. Sedangkan menurut Syara’ ialah putusnya islam dengan niat kufur, berucap kufur atau berbuat kufur, seperti sujud kepada berhala, baik sujudnya atas dasar mentertawakan, atau karena nekat atau juga karena kepercayaan seperti mempercayai adanya dzat baru yang membuat alam.

Murtad Dari Islam

وَمَنْ اِرْتَدَّ عَنِ الْإِسْلَامِ) مِنْ رَجُلٍ أَوِ امْرَأَةٍ كَمَنْ أَنْكَرَ وُجُوْدَ اللهِ أَوْ كَذَّبَ رَسُوْلاً مِنْ رُسُلِ اللهِ أَوْ حَلَّلَ مَحْرَماً بِالْإِجْمَاعِ كَالزِّنَى، وَشَرَبَ الْخَمْرَ أَوْ حَرَّمَ حَلَالاً بِالْإِجْمَاعِ كَالنِّكَاحِ وَالْبَيْعِ (اُسْتُتِيْبَ) وُجُوْباً فِيْ الْحَالِ فِيْ الْأَصَحِّ فِيْهِمَا

Barangsiapa ke luar dari islam, laki-laki atau perempuan, seperti orang yang mengingkari wujud Allah atau mendustakan utusan Allah atau pula meughalalkan barang yang diharamkan dengan kesepakatan para Ulama seperti zina dan minum tuak, atau dia mengharamkan yang halal seperti pernikahan dan jual beli maka orang tersebut diperintahkan wajib bertaubat seketika itu menurut pendapat yang lebih shahih dalam kaitannya dengan keduanya (yakni hukum wajib dan seketika itu, pen).

وَمُقَابِلُ الْأَصَحِّ فِيْ اْلأُوْلَى أَنَّهُ يُسَنُّ الْاِسْتِتَابَةُ وَفِيْ الثَّانِيَّةِ أَنَّهُ يُمْهِلُ، (ثَلَاثاً) أَيْ إِلَى ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ (فَإِنْ تَابَ) بِعَوْدِهِ إِلَى الْإِسْلَامِ بِأَنْ يُقِرَّ بِالشَّهَادَتَيْنِ عَلَى التَّرْتِيْبِ بِأَنْ يُؤْمِنَ بِاللهِ أَوَّلاً ثُمَّ بِرَسُوْلِهِ، فَإِنْ عُكِسَ لَمْ يَصِحَّ كَمَا قَالَهُ النَّوَوِيُّ فِيْ شَرْحِ الْمُهَذَّبِ فِيْ الْكَلَامِ عَلَى نِيَّةِ الْوُضُوْءِ

Adapun perbandingan pendapat yang lebih sahih pada yang pertama, bahwa sesungguhnya disunnahkan untuk memerintah kan bertaubat, dan pada yang kedua bahwa sesungguhnya dia diberi tempo tiga hari.

Jika orang tersebut bertaubat kembali lagi (masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimah Syahadat. secara urut yaitu pertama dengan mengimankan kepada Allah kemudian kepad Rasul-Nya maka jika dia membalik (mengimankan kepada Rasul Allah baru kemudian kepada Allah, pen.) maka hukumnya tidak sah, sebagaimana yang di katakan oleh Imam Nawawi dalam Syarah kitab Muhadz-dzah dalam bab pembicaraan atas niatnya Wudlu.

Yang Murtad Tidak Bertaubat

وَإِلَّا) أَيْ وَإِنْ لَمْ يَتُبْ الْمُرْتَدث (قُتِلَ) أيْ قَتَلَهُ الْإِمَامُ إِنْ كَانَ حُرّاً بِضَرْبِ عُنُقِهِ، لَا بِإِحْرَاقٍ وَنَحْوِهِ، فَإِنْ قَتَلَهُ غَيْرُ الْإِمَامِ عُزِّرَ، وَإِنْ كَانَ الْمُرْتَدُّ رَقِيْقاً جَازَ لِلسَّيِّدِ قَتَلَهُ فِيْ الْأَصَحِّ. ثُمَّ ذَكَرَ الْمُصَنِّفُ حُكْمَ الْغُسْلِ وَغَيْرِهِ فِيْ قَوْلِهِ (وَلَمْ يُغْسَلْ وَلَمْ يَصَلَّ عَلَيْهِ وَلَمْ يُدْفَنْ فِيْ مَقَابِرِ الْمُسْلِمِيْنَ) وَذَكَرَ غَيْرُ الْمُصَنِّفِ حُكْمَ تَارِكِ الصَّلَاةِ فِيْ رُبْعِ الْعِبَادَاتِ وَأَمَّا الْمُصَنِّفُ فَذَكَرَهُ هُنَا فَقَالَ

Jika orang yang Murtad itu tidak mau bertaubat, maka harus di bunuh, artinya bahwa sang Imam wajib membunuhnya bila si murtad itu orang merdeka dengan dipotong lehernya, tidak boleh dibunub dengan di bakar dan yang sepadannya.

Jika yang membunuh si Murtad itu selain sang Imam, maka supaya ditakzir.
Bila yang Murtad itu budak, maka sang Tuannya boleh membunuhnya menurut pendapat yang lebih shahih. Kemudian Mushannif menerangkan tentang hukum memandikan Murtad dan lainnya memandikan dalam suatu perkataannya, bahwa si Murtad tidak boleh dimandikan, tidak boleh dishalati dan tidak boleh dikubur di kuburan-kuburan kaum muslimin.
Dan telah menyebutkan pula selain mushannif tentang hukumnya orang yang meninggalkan shalat (Tarikus Shalat) dalam bab seperempat ibadah.

Adapun pihak Mushannif sendiri telah menerangkannya di sini (yaitu sesudah pasal Murtad), kmudian beliau berkata: (Bersambung pada fasal berikutnya)

 

Murtad
Murtad

Demikian Materi tentang ; Murtad ; Perkara Ini Ialah Satu Diantara Kufur Terjelek semoga saja materi yang sesingkat ini dapat difahami oleh para pembaca. Mohon abaikan saja bila dalam materi tersebut tidak sefaham dengan para pembaca. Terimaksih kami ucapka atas kunjungannya.