Thaharah : Tujuh Macam Air Suci Menyucikan (Lengkap)

Diposting pada

Thaharah : Tujuh Macam Air Suci Menyucikan (Lengkap)Bismillah Tawakkaltu ‘alallah di kesempatan ini Fiqih akan menguraikan tentang Beberapa macam air yang bisa dipake untuk bersuci dan menyucikan, dimana tidak semua jenis air dapat menyucikan meski air tersebut itu suci.

Daftar Isi

Thaharah : Tujuh Macam Air Suci Menyucikan (Lengkap)

Air adalah alat yang paling utama untuk thaharah. Dalam Thaharah baik untuk thaharah najis ringan atau thaharah dari najis berat ataupun pertengahan (mutawasithah). Tidak terkecuali juga mensucikan dari hadats besar dan kecil meskipun semua itu dalam kondisi tertentu boleh dengan cara bertayamum.

Untuk lebih jelasnya dalam hal mengurai tentang rincian berapa macam air yang bisa digunakan untuk bersuci, maka ada baiknya kita ikuti saja uraian kami berikut ini:

Mukodimah

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ. بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنْ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ. وَهُوَ رَسُوْلُ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ، أَمَّا بَعْدُ

Saudaraku Muslimiin muslimat, mukminiin mukminat. Rahmatullahi ‘alaina wa ‘alaikum ajma’in. Dalam pembahasan kali ini kami mohon ma’af bila nanti terdapat hal yang kurang pas pada tempatnya. Karena dalam pembahasannya merujuk pada kitab-kitab fiqih Syafi’i meski kami sampaikan juga beberapa pendapat dari empat madzhab bila perlu.

Pengertian Thaharah

Thoharoh itu berasal dari kata annazhofah (النَّظَافَةْ) yang mempunyai arti bersuci. Sedangkan menurut istilah artinya adalah suatu perbuatan yang menjadikan sahnya shalat seperti wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis. Sedangkan kata “tuharoh” (الطُّهَارَةْ) ini berarti alat untuk bersuci. (demikian dikutip dari Kitab Fathul-Qorib)

Tujuh Macam Air Suci

Sebagaiman diterangkan dalam Kitab Fathul-Qorib:

الْمِيَاهُ الَّتِى يَجُوْزُ اَيْ يَصِحُ التَّطْهِيْرُ بِهَا سَبْعُ مِيَاهٍ مَاءُ السَّمَاءِ اَيْ  النَازِلُ مِنْهَا وَهُوَ الْمَطَرُ  وَمَاءُ الْبَحْرِ اَيْ الْمِلْحِ  وَمَاءُ النَّهْرِ اَيْ الْحُلُوِّ. وَمَاءُ الْبِئْرِ  وَمَاءُ الْعَيْنِ  وَمَاءُ الثَّلْجِ  وَمَاءُ الْبَرْدِ. وَيَجْتَمِعُ هَذِهِ السَّبْعَةَ قَوْلُكَ مَانَزَلَ مِنَ السَّمَاءِ اَوْ نَبَعَ مِنَ الْأَرْضِ عَلَى اَيْ صِفَةٍ مِنْ كَانَ اَصْلِ الْخِلْقَةِ.  ثُمَّ الْمِيَاهُ تَنْقَسِمُ عَلَى اَرْبَعَةِ اَقْسَامٍ:

Air yang boleh maksudnya sah di gunakan untuk taharah itu ada 7:

  1. Air langit(air yang turan dari langit/air hujan).
  2. Air laut(air asin).
  3. Air sungai (air tawar).
  4. Air mata air(air yang keluar dari bumi).
  5. Air salju/air es.
  6. Air sumur.
  7. Air embun.

Ketujuh air itu dikatakan air yang turun dari langit dan keluar dari bumi dari beberapa sifat asal terciptanya air tersebut.

Selanjutnya tujuh macam air tersebut terbagi pada empat bagian atau empat kategori

Empat Kategori Air

  1. Air suci mensucikan.
  2. Air suci mensucikan tetapi makruh digunakan di badan tidak di pakaian.
  3. Air suci tapi tidak mensucikan yaitu air musta’mal.
  4. Air najis air yang sudah terkena najis.

Bagian Pertama

Bagian yang pertama sebagaimana di terangkan dalam Fathul-qorib sebagai berikut:

اَحَدُهَا طَاهِرٌ فِى نَفْسِهِ مُطَهِّرٌ لِغَيْرِهِ غَيْرُ مَكْرُوْهٍ اِسْتِعْمَالُهُ وَهُوَ الْمَاءُ الْمُطْلَقُ عَنْ قَيِّدٍ لَازِمٍ فَلَا يَضُرُّ الْمُقَيِّدُ الْمُنْفَكُّ كَمَاءِ الْبَئْرِ فِى كَوْنِهِ مُطْلَقًا

Air suci mensucikan yaitu air yang belum isti’mal (belum digunakan sesuci wajib) atau air mutlaq.

Bagian Kedua

وَالثَّانِي طَاهِرٌ فِى نَفْسِهِ مُطَهِّرٌ لِغَيْرِهِ مَكْرُوْهٌ اِسْتِعْمَالُهُ فِى الْبَدَنِ لَافِي الثَّوْبِ وَهُوَ الْمَاءُ الْمُشَمَسُ اَيْ الْمُسَخَنُ بِتَأْثِيْرِ الشَّمْسِ فِيْهِ وَاِنَّمَا يُكْرَهُ شَرْعاً بِقَطْرِ حَارٍ فِى اِنَاءٍ مُنْطَبَعٍ اِلَّا اِنَاءَ النَّقْدَيْنِ لِصَفَاءِ جَوْهِرِهِمَا وَاِذَا بَرَدَ زَالَتِ الْكَرَاهَةُ وَاخْتَارَ النَّوَوِيُ عَدَمَ الْكَرَاهَةِ مُطْلَقًا وَيُكْرَهُ اَيْضًا شَدِيْدُ السُّخُوْنَةِ وَالْبُرُوْدَةِ

Air suci mensucikan tetapi makruh digunakan pada badan namun tidak makruh digunakan di pakaian. Yaitu air yang dipanaskan dengan sinar matahari, menurut syara’ air yang dipanaskan dengan sinar matahari dalam tempat selain tempat yang terbuat dari emas atau perak, maka itu hukmnya makruh.

Kemudian apabila air yang panas tersebut telah menjadi dingin kembali maka hukum makruhnya hilang. Imam Nawawi berpendapat bahwa air tersebut tidak makruh, tapi justru dimakruhkan lagi memakai air yang sangat panas atau sangat dingin.

Bagian Ketiga

وَالْقِسْمُ الثَّالِثُ طَاهِرٌ فِى نَفْسِهِ غَيْرُ مُطَهِّرٍ لِغَيْرِهِ وَهُوَ الْمَاءُ الْمُسْتَعْمَلُ فِي رَفْعِ حَدَثٍ اَوْ اِزَالَةِ نَجْسٍ اِنْ لَمْ يَتَغَيَّرْ وَلَمْ يَزِدْ وَزْنُهُ بَعْدَ انْفِصَالِهِ  عَمَّا كَانَ بَعْدَ اعْتِبَارِ مَا تَشَرَبَّهُ الْمَغْسُوْلُ مِنَ الْمَاءِ

Air suci tapi tidak mensucikan yaitu air musta’mal, yakni air yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadats atau najis. Walaupun air tersebut tidak berubah, tidak bertambah ukuran dari asalnya setelah diperkirakan adanya air yang meresap pada benda yang dibasuh.

وَالْمُتَغَيِّرُ اَيْ وَمِنْ هَذَا الْقِسْمِ الْمَاءُ الْمُتَغَيِّرُ اَحَدُ اَوْصَافِهِ بِمَا اَيْ بِشَيْئٍ خَالَطَهُ مِنَ الطَّاهِرَاتِ تَغَيُّرًا يَمْنَعُ اِطْلَاقَ اِسْمِ الْمَاءِ عَلَيْهِ فَاِنَّهُ طَاهِرٌ غَيْرُ طَهُوْرٍجِسِيًّا كَانَ الْمُتَغَيِّرُ اَوْ تَقْدِيْرًا كَأَنِ اخْتَلَطَ بِالْمَاءِ مَا يُوَافِقُهُ فَى صِفَاتِهِ كَمَاءِ الْوِرْدِ الْمُنْقَطِعِ الرَّائِحَةِ وَالَمَاءِ الْمُسْتَعْمَلِ

Begitu pula bila air tadi berubah akibat tercampur dengan benda yang menurut lahirnya mempunyai sifat yang sama dengan air tersebut. Yakni termasuk pada air suci tidak mensucikan adalah air yang berubah salah satu dari beberapa sifatnya yang disebabkan tercampur benda-benda suci hingga menjadikan hilangnya nama kemutlakkannya air, maka air ini dihukumi sama dengan air musta’mal.

Perubahan air

Perubahan air tersebut dibuktikan baik dengan panca indra ataupun dengan perkiraan, sebagaimana bila air tersebut tercampur benda-benda yang kebetulan sama sifatnya seperti air mawar yang sudah hilang aromanya atau tercampur air musta’mal.

فَاِنْ لَمْ يُمْنَعْ اِطْلَاقَ اِسْمِ الْمَاءِ عَلَيْهِ بِاَنْ كَانَ تَغَيُّرُهُ بِالطَّاهِرِ يَسِيْرًا اَوْبِمَا يُوَافِقُ الْمَاءَ فِى صِفَاتِهِ وَقُدِرَ مُخَالِفًا وَلَمْ يُغَيِّرْهُ فَلَا يَسْلُبُ طَهُوْرِيَّتَهُ فَهُوَ مُطَهِّرٌ لِغَيْرِهِ

Maka jika air itu berubah, berubah yang tidak sampai menghilangkan nama air mutlak. Misalnya tecampur dengan sedikit mengalami perubahan, maka air tersebut hukumnya suci dan menyucikan. Akan tetapi dapat diperkirakan bahwa benda-benda tersebut sifatnya berbeda dan tidak akan merubah keadaan tersebut. Maka  air yang senacam ini hukumnya suci dan menyucikan.

وَاخْتَرَزَ بِقَوْلِهِ: خَالَطَهُ عَنِ الطَّاهِرِ الْمُجَاوِرِلَهُ فَاِنَّهُ بَاقٍ عَلَى طَهُوْرِيَّتِهِ وَلَوْ كَانَ التَّغَيُّرُ كَثِيْرًا

Mushonif mengecualikan dengan perkataannya: “air yang berubah sebab berdampingan dengan perkara yang suci yang memungkinkan dapat dipisahkan atau dapat dilihat indra, maka air tersebut tetap dalam kesuciannya. Seperti bercampur minyak meskipun berubahnya itu banyak.

وَكَذَا الْمُتَغَيِّرُ بِمُخَالَطٍ لاَيَسْتَغْنىِ الْمَاءُ عَنْهُ كَطِيْنٍ وَطُحْلَبٍ وَمَا فِى مَقَرِّهِ وَمَمَرِّهِ وَالْمُتَغَيِّرُ بِطُوْلِ الْمَكْثِ فَاِنَّهُ طَهُوْرٌ

Demikian juga air itu tetap suci hukumnya iatu air yang berubah sebab bercampur dengan benda yang tidak dapat mengakibatkan air itu bertambah banyak. Contoh seperti bercampur dengan lumpur dan ganggeng serta segala macam benda yang ada di air atau air tersebut berubah dengan sendirinya karena terlalu lama berhenti di tempatnya.

Bagian Keempat

(وَ)الْقِسْمُ الرَّاِبعُ (مَاءُ نَجْسٍ) اَيْ الْمُتَنَجِّسِ، وَهُوَ قِسْمَانِ : اَحَدُهُمَا قَلِيْلٌ (هُوَالَّذِي خَلَّتْ نَجَاسَةٌ) تَغَيَّرَ اَمْ لاَ. (وَهُوَ) اَيْ وَالْحَالُ اَنَّهُ مَاءُ (دُوْنَ الْقُلَتَيْنِ). وَيُسْتَثْنَى مِنْ هَذَا الْقِسْمِ الْمَيْتَةُ الَّتِيْ لاَدَامَ لَهَا سَائِلٌ عِنْدَ قَتْلِهَا اَوْ شَقِ عُضْوٍ مِنْهَا كَالذُّبَابِ اِنْ لَمْ تُطْرَحْ فِيْهِ وَلَمْ يُغَيِّرْهُ، وَكَذَا النَّجَاسَةُ لاَيُدْرِكُهَا الطَّرْفُ فَكُلُّ مِنْهُمَا لاَيُنَجِّسُ الْمَائِعَ وَيُسْتَثْنَى اَيْضًا صُوَرٌ مَذْكُوْرَةٌ فِى الْمَبْسُوْطَاتِ

Air najis air yang sudah terkena najis. Air najis ada dua bagian :

Pertama : Air sedikit kurang dari dua qulah yang terkena najis baik air itu berubah ataupun tidak, terkecuali air tersebut terkena najis yang dima’afkan, seperti terjatuhi bangkai hewan yang tidak mengalir darahnya, (semisal semut, lalat dan sebagainya) selama bangkai tersebut tidak disengaja dimasukkan ke dalam air itu dan tidak menyebabkan berubahnya air, maka hukum air seperti ini adalah suci.

Demikian juga bila najis tersebut tidak dapat dilihat mata dan pula tidak membuat air najis, maka hukumnya tetap suci, dan dikecualikan juga beberapa contoh yang disebutkan dalam kitab yang panjang lebar keterangannya.

الثَّانِي مِنَ الْقِسْمِ الرَّابِعِ بِقَوْلِهِ (اَوْكَانَ) كَثِيْرًا (فَتَغَيَّرَ) يَسِيْرًااَوْكَثِيْرًا.  (وَالْقُلَتَانِ خَمْسُ مِائَةِ رِطْلٍ بَغْدَادِيٍّ تَقْرِيْبًا فِى اْلأَصَحِ) فِيْهَا وَالرِّطْلُ الْبَغْدَادِيُّ عِنْدَ النَّوَاوِيِّ مِائَةٌ وَثَمَانِيَةٌ وَعِشْرُوْنَ دِرْهَمًا وَاَرْبَعَةُ اَسْبَاعِ دِرْهَمٍ. وَتَرَكَ الْمُصَنِفُ  قِسْمًا خَامِسًا وَهُوَ الْمَاءُ الْمُطَهَّرُ الْحَرَامُ كَالْوُضُوْءِ بِمَاءٍ مَغْصُوْبٍ اَوْ مُسَبَّلٍ لِلشُّرْبِ

Kedua: Air banyak yakni air yang lebih dari dua qulah yang berubah sebab kemasukan sesuatu, baik berubah banyak atau sedikit berubahnya. Adapun yang dimaksudkan dengan air dua qulah menurut ukuran Negri Bagdad, adalah sebanyak 500 kati inilah pendapat yang shohih.

Sedangkan ukuran per satu kati menurut pendapat Imam Nawawi, adalah: 128 Dirham lebih 7/4 dirham. (216 liter). Selanjutnya pengarang kitab ini tidak membicarakan bagian air yang nomor lima yaitu air suci yang diharamkan menggunakannya dengan jalan gasab atau air yang ada di tepi jalan untuk persediaan orang-orang yang membutuhkan minum.

Toharoh-Tujuh-Macam-Air-Suci
Toharoh-Tujuh-Macam-Air-Suci

Ukuran Air Dua Qulah

  1. Ukuran air dua qulah menurut keterangan yang kita baca dala Fathul-qorib adalah: 500 kati Bagdad
  2. Ukuran satu kati menurut Imam Nawawi adalah: 128 Dirham lebih 7/4.
  3. Ukuran dengan litran adalah: 216 liter
  4. Jika kami membaca dalam kitab at-Tadzhib fi Adillati matan al-Ghoyah wat Taqrib Taklif: DR. Dib Al-Bugho halaman 13 Kitab Kuning adalah: ( أي ما يسوي مائة وتسعين ليترا أو سعة مكعب حرفه ٥٨ سم ) : Artinya dua qulah itu sama dengan 190 liter, atau luas persegi empat bertepi 58 cm.
  5. Masih ada pendapat lain bermacam versi ukuran dua qulah, yaitu ada yang mengatakan: 160,5 liter, 270 liter dan sebagainya.

Demikian Thaharah : Tujuh Macam Air Suci Menyucikan (Lengkap) Semoga bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua. Abaikan saja uraia kami ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya.

بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ