Mahar Nikah, Yang Dipersiapkan Calon Suami Sesuai  Permintaannya

Diposting pada

Mahar Nikah, Yang Dipersiapkan Calon Suami Sesuai  Permintaannya – Antum pelajari ini sebagai ilmu tambahan yang tidak kalah perlunya. Pada halaman ini fiqih.co.id akan memberikan materi mengenai masalah mahar yang harus diberikan kepada istrinya setelah ijab qabul.

Daftar Isi

Mahar Nikah, Yang Dipersiapkan Calon Suami Sesuai  Permintaannya

Prkara ini kalau santri pasti faham banget, sebab di pesantren sudah sering dibahas oleh para kiyahi ketika ngaji balagh dalam bab atau pada kitab munakahat. Namun kami pada kesempatan ini ingin berbagi ilmu dengan saudar-saudara kmi yang masih membutuhkannya. Selengkapanya monggo antum baca uraiannya di bawah ini.

Mahar Nikah

Pada perkara ini kami menukil dari kitab fiqih fathul qorib dalam fasal hukum mahar. Pada fasal tersebut terrtulis sebagai berikut;

فصل: فِيْ أَحْكَامِ الصَّدَاقِ وَهُوَ بِفَتْحِ الصَّادِ أَفْصَحُ مِنْ كَسْرِهَا مُشْتَقٌ مِنَ الصَّدْقِ بِفَتْحِ الصَّادِ، وَهُوَ اِسْمٌ لِشَدِيْدِ الْصُلْبِ وَشَرْعاً اِسْمٌ لِمَالٍ وَاجِبٍ عَلَى الرَّجُلِ بِنِكَاحٍ أَوْ وَطْءِ شُبْهَةٍ أَوْ مَوْتٍ

Pasal : Tentang hukum-hukumnya Shadaq (mahar nikah).

Lafadz  “Shadaq” (صَدَاقْ) dengan dibaca fathab hurup “Shad” nya adalah lebih jelas dari pada dibaca Kasrah. Ia adlah mustaq dari lafadl (صَدْقٌ) dengan bibaca Fathah hurup “Shad” nya. Menurut bahasa Shadaq ialah nama bagi suatu benda yang sangat keras. Sedangkan menurut syarak ialah nama bagi suatu harta yang wajib atas orang laki-laki sebab adanya pernikahan atau persetubuhan syubhat (samar) atau pula sebab mati.

Sunnah Menyebutkan Mahar Nikah

Pada waktu aqad nikan itu disunnahkan agar menyebutkan maharnya sebagaiman diterangkan dalam fiqih seperti berikut;

وَيُسْتَحَبُّ تَسْمِيَّةُ الْمَهْرِ فِيْ) عَقْدِ (النِّكَاحِ) وَلَوْ فِيْ نِكَاحِ عَبْدِ السَّيِّدِ أَمَتَهُ، وَيَكْفِيْ تَسْمِيَّةُ أَيِّ شَيْءٍ كَانَ وَلَكِنْ يُسَنُّ عَدَمُ النَّقْصِ عَنْ عَشْرَةِ دَرَاهِمَ، وَعَدَمُ الزِّيَادَةِ عَلَى خَمْسِمِائَةِ دِرْهِمٍ خَالِصَةٍ، وَأَشْعَرَ قَوْلُهُ يُسْتَحَبُّ بِجَوَّازِ إِخْلَاءِ النِّكَاحِ عَنِ الْمَهْرِ، وَهُوَ كَذَلِكَ Disunnahkan untuk menyebutkan Mahar (maskawin di dalam akad nikah, sekalipun dalam perkawinan budaknya sayyid (tuan) dengan Amatnya

Dan cukuplah menyebutkan apa saja yang ada, tetapi disunnahkan tidak kurang dari 10 dirham dan tidak lebih dari 500 dirham dengan dirham murni.

Perkataan Mushannif telah memberikan· pengertian, bahwa lafadz “Disunnahkan ” adalah memberikan pengertian dengan bolehnya meniadakan suatu perkawinan dari adanya maskawin. Adapun hukum yang demikian itu adalah boleh.

Tidak menyebutkan Mahar

Pernikaha tetap sah meski tidak menyebutkan maskawin pada waktu aqad seperti dijelaskan dalam fan fiqih sebagai berikut;

فَإِنْ لَمْ يُسَمَّ) فِيْ عَقْدِ النِّكَاحِ مَهْرٌ (صَحَّ الْعَقْدُ) وَهَذَا مَعْنَى التَّفْوِيْضِ وَيَصْدُرُ تَارَةً مِنَ الزَّوْجَةِ الْبَالِغَةِ الرَّشِيْدَةِ كَقَوْلِهَا لِوَلِيِّهَا: زَوِّجْنِيْ بِلَا مَهْرٍ أَوْ عَلَى أَنْ لَا مَهْرَ لِيْ، فَيُزَوِّجُهَا الْوَلِيُّ وَيُنْفِيْ الْمَهْرَ أَوْ يَسْكُتُ عَنْهُ، وَكَذَا لَوْ قَالَ سَيِّدُ الْأَمَةِ لِشَخْصٍ زَوَّجْتُكَ أَمَتِيْ وَنَفَى الْمَهْرُ أَوْ سَكَتَ

Apabila Mahar (maskawin) tidak disebutkan dalam akad perkawinan, maka sahlah akad perkawinan itu. Istilah “tidak disebutkan” adalah mempunyai arti “pasrah “. Sedangkan pasrah itu sendiri pada suatu ketika dari pihak istri yang sudah Baligh (dewasa) lagi pula pandai. Seperti ucapan isteri kepada Walinya “Engkau jodohkan aku tanpa memakai mahar ‘ atau jika tidak ada Mahar untuk aku , maka hendaknya si Wali mengawinkan isteri tersebut dengan tanpaMahar, atau pula si Wali berdiam saja dari soal Mahar. Suatu ketika “pasrah ” itu keluar dari pihak Tuan (sayyid ). Sperti ucapannya kepada sese orang : Aku kawinkan engkau dengan Amatku”  dan si Tuan tersebut meniadakan Mahar atau pula berdiam.

Wajibnya Mahar

Jika calon istri itu pasrah tidak menentukan maharnya, maka status mahar menjadi wajib bagi calon suami dengan 3 perkara sebagamana dalam keterangan berikut;

وَ) إِذَا صَحَّ التَّفْوِيْضُ (وَجَبَ الْمَهْرُ) فِيْهِ (بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ) وَهِيَ (أَنْ يَفْرِضَهُ الزَّوْجُ عَلَى نَفْسِهِ) وَتَرْضَى الزَّوْجَةُ بِمَا فَرَضَهُ (أَوْ يُفْرِضَهُ الْحَاكِمُ) عَلَى الزَّوْجِ وَيَكُوْنُ الْمَفْرُوْضُ عَلَيْهِ مَهْرَ الْمِثْلِ، وَيُشْتَرَطُ عِلْمُ الْقَاضِيْ بِقَدْرِهِ، أَمَّا رِضَا الزَّوْجَيْنِ بِمَا يُفْرِضُهُ فَلَا يُشْتَرَطُ 

Ketika status pasrah itu sah hukumnya, maka wajiblah Mahar dalam kaitannya dengan pasrah itu sendiri disebabkan adanya 3 perkara, yaitu : Hendaknya si suami memperkirakan sendiri tentang perkiraan kadar Mahar itu, dan pihak isteri dapat menerima (ridlo) dengan apa yang di perkirakannya, Pihak Hakim yang memperkirakan Mahar atas suami, dan yang diperkirakan itu adalah Mahar yang sepantasnya. Dan disyaratkan hendaknya sepengetahuan pihak Qadli tentang perkiraan Mahar Mitsil tersebut. Sedangkan kerelaan pihak suami isteri, maka tidak merupakan syarat.

أَوْ يُدْخِلَ) أَيْ الزَّوْجُ (بِهَا) أَيْ الزَّوْجَةِ الْمُفَوِّضَةِ قَبْلَ فَرْضٍ مِنَ الزَّوْجِ أَوِ الْحَاكِمُ (فَيَجِبُ) لَهَا (مَهْرُ الْمِثْلِ) بِنَفْسِ الدُّخُوْلِ وَيُعْتَبَرُ هَذَا الْمَهْرُ بِحَالِ الْعَقْدِ فِيْ الْأَصَحِّ

Pihak suami telah menjimak isterinya yang pasrah sebelum ada perkiraan dari pihak suami atau hakim, maka wajib bagi isteri untuk menerima Mahar Mitsil , sebab dirinya telah dijimak. Dan diperhitungkan Mahar ini pada waktu akad nikah menurut pendapat yang lebih sah.

Hukum Mahar Nika Jika Terjadi Salahsatunya Meninggal Dunia

Meskipun belum terjadi hubungan suami sitri stelah aqad, dan apabila terjadi meninggal dunia salahsatunya maka mahar mstli tetap wajib dibayarkan. Dijeladkan dalam fiqih sebagai berikut;

وَإِنْ مَاتَ أَحَدُ الزَّوْجَيْنِ قَبْلَ فَرْضٍ وَوَطْءٍ، وَجَبَ مَهْرُ مِثْلٍ فِيْ الْأَظْهَرِ، وَالْمُرَادُ بِمَهْرِ الْمِثْلِ قَدْرُ مَا يَرْغَبُ بِهِ فِيْ مِثْلِهَا عَادَةً

Jika salah satu diantara suami dan isteri itu meninggal dunia sebelum ada perkiraan (Mahar) dan sebelum terjadi jimak, maka wajib hukumnya membayar Mahar Mitsil, demikian menurut pendapat yang lebih jelas. Adapun yang dikehendaki dengan “Mahar Mitsil” yaitu sesuatu yang dalam perkiraan dapat membuat senang menurut ukuran kebiasaan bagi perempuan sesamanya.

وَلَيْسَ لِأَقَلِّ الصَّدَاقِ) حَدٌّ مُعَيَّنٌ فِيْ الْقِلَّةِ (وَلَا لِأَكْثِرِهِ حَدٌّ) مُعَيَّنٌ فِيْ الْكَثْرَةِ بَلْ الضَّابِطُ فِيْ ذَلِكَ أَنَّ كُلَّ شَيْءٍ صَحَّ جَعْلُهُ ثَمَناً مِنْ عَيْنٍ أَوْ مَنْفَعَةٍ صَحَّ جَعْلُهُ صَدَاقاً

Tidaklah ada batasan yang tegas mengenai nilai Mahar yang paling sedikit . Demikian pula dalam hal nilai Mahar yang paling banyak, akan tetapi pedoman dalam hal masalah Mahar (maskawin) itu adalah tiap-tiap sesuatu yang hukumnya sah menjadikannya sebagai pembayaran, baik berupa benda atau kemanfaatan, maka sahlah menjadikannya sebagai Mahar.

وَسَبَقَ أَنَّ الْمُسْتَحَبَّ عَدَمُ النَّقْصِ عَنْ عَشْرَةِ دَرَاهِمَ، وَعَدَمُ الزِّيَادَةِ عَلَى خَمْسِمِائَةِ دِرْهَمٍ، وَيَجُوْزُ أَنْ يَتَزَوَّجَهَا عَلَى مَنْفَعَةٍ مَعْلُوْمَةٍ كَتَعْلِيْمِهَا الْقُرْآنَ 

Sudah tersebut di muka, bahwa disunnahkan (dalam membayar Mahar) untuk tidak kurang dari 10 dirham dan tidak lebih dari 500 dirham. Boleh hukumnya, bila seorang laki-laki mengawin perempuan dengan Mahar kemanfaatan yang dapat diketahui, seperti mengajarkan  Al-Qur’an kepada perempuan tersebut.

Gugurnya sebagian mahar mtsli

Jika terjadi perceraian suami istri, dan mereka belum sempat manjalani hubungan suami istri, maka jika te4rjadi seperti itu sebagian maharnya menjadi gugur. Diterangkan dalam fiqih seperti berikut;

وَيَسْقُطُ بِالطَّلَاقِ قَبْلَ الدُّخُوْلِ نِصْفُ الْمَهْرِ) أَمَّا بَعْدَ الدُّخُوْلِ وَلَوْ مَرَّةً وَاحِدَةً، فَيَجِبُ كُلُّ الْمَهْرِ، وَلَوْ كَانَ الدُّخُوْلُ حَرَاماً كَوَطْءِ الزَّوْجِ زَوْجَتَهُ حَالَ إٍحْرَامِهَا أَوْ حَيْضِهَا

Dan menjadi gugur sebagian (separo) dari Mahar disebabkan adanya Talaq yang jatuh sebelum terjadi jimak. Adapun Talaq yang jatuh setelah terjadi jimak, meskipun hanya satu kali, maka wajib seluruh Mahar, dan juga sekalipun dalam melakukan jimak itu dalam keadaan terlarang, seperti jimaknya si suami kepada isterinya di waktu ia sedang melaku kan Ihram atau sedang Haidl,

وَيَجِبُ كُلُّ الْمَهْرِ كَمَا سَبَقَ بِمَوْتِ أَحَدِ الزَّوْجَيْنِ لَا بِخُلُوَةِ الزَّوْجِ بِهَا فِيْ الْجَدِيْدِ، وَإِذَا قَتَلَتِ الْحُرَّةُ نَفْسَهَا قَبْلَ الدُّخُوْلِ بِهَا، لَا يَسْقُطُ مَهْرُهَا بِخِلَافِ مَا لَوْ قَتَلَتِ الْأَمَةُ نَفْسَهَا، أَوْ قَتَلَهَا سَيِّدُهَا قَبْلَ الدُّخُوْلِ فَإِنَّهُ يَسْقُطُ مَهْرُهَا

Dan wajib memberikan seluruh Mahar, seperti yang telah tersebut di muka disebabkan kematian salah satu di antara suami dan isteri, tidak wajib memberikan seluruh Mahar disebabkan si suami dalam keadaan kesepian dengan isteri, demikian menurut Qaul Jadid.

Apabila perempuan yang merdeka itu bunuh diri sebelum dijimak, maka Maharnya tidak menjadi gugur. Berbeda dengan bunuh diri yang dilakukan oleh perempuan Amat atau pembunuhan yang dilakukan oleh Tuannya Amat terhadap dirinya (diri Amat) sebelum bercampur (berkumpul = jimak) maka sesungguhnya yang demikian itu menggugurkan Maharnya Amat.

Mahar Nikah
Mahar Nikah

Demikian meteri mengenai masalah; Mahar Nikah, Yang Dipersiapkan Calon Suami Sesuai  Permintaannya  – Semoga materi ini ada manfaatnya dan memberikan tambahan ilmu untuk kita semua, terutama bagi yang ingin mempelajari atau mengetahuinya. Abaikan saja uraian kami ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya.