Lomba; Baik Memanah & Semisalnya Hukumnya Menurut Fiqih

Diposting pada

Lomba; Baik Memanah & Semisalnya Hukumnya Menurut Fiqih Perihal ini yang perlu kita pelajari dan fahami. Pada Artikel ini fiqih.co.id  akan menuliskan secera singkat Sesuai Kutipannya. Dan Ini Kami kutip dari Kitab Fathul Qoribul Mujib Fasal Ahkamin Nudzur.

Daftar Isi

Lomba; Baik Memanah & Semisalnya Hukumnya Menurut Fiqih

Sebagaimana yang akan kita bahas pada halaman ini dalam satu fasal yang khusus. Dan Dalam Kitab tersebut tertulisnya adalah: “كِتَابُ أَحْكَامِ السَّبْقِ وَالرَّمْيِ”.

Pada judul tersebut membahas dua pokok masalah yaitu tentang Memanah dan Perlombaan. Untuk lebih jelasnya silahkan antum baca saja artikel berikut ini;

Lomba

Lomba atau Perlombaan itu adalah diperintahkan selama itu untuk kebaikan. Cuman yang jadi masalh di sini adalah mengenai hadiahnya apakh itu haram atau halal. Daripada kita hanya mengira-ngira sebaiknya kita baca aja yang termaktub berikut ini;

كِتَابُ أَحْكَامِ السَّبْقِ وَالرَّمْيِ 

KITAB : MENERANGKAN TENTANG

HUKUM – HUKUM  PERLOMBAAN DAN MEMANAH.

أَيْ بِسَهْامٍ وَنَحْوِهَا  (وَتَصِحُّ الْمُسَابَقَةُ عَلَى الدَّوَابِ) أَيْ عَلَى مَا هُوَ الْأَصْلُ فِيْ الْمُسَابَقَةِ عَلَيْهَا مِنْ خَيْلٍ وَإِبِلٍ جَزْماً وَفَيْلٍ وَبِغَلٍ وَحِمَارٍ فِيْ الْأَظْهَرِ، وَلَا تَصِحُّ الْمُسَابَقَةُ عَلَى بَقَرٍ، وَلَا عَلى نِطَاحِ الْكِبَاشِ، وَلَا عَلَى مُهَارَشَةِ الدَّيْكَةِ لَا بِعَوْضٍ وَلَا بِغَيْرِهِ

(Artinya dengan panah dan yang sepadan). Dan sahlah bermusabakah (balapan berlomba) atas beberapa macam binatang (yang untuk kendaraan, pen.) artinya yaitu semua barang yang menurut asalnya dapat dipergunakan untuk bermusabakah, seperti kuda, unta (yang padti) gajah, bighal dan khimar menurut pendapat yang lebih jelas.

Tidak sah hukumnya musabakah (balapan) sapi, menubrukkan kambing dan adu ayam jago, ketidak sahannya itu dengan taruhan dan iwadl (tukar menukar)

Ulasan Mengenai Perlombaan

Keterangan :

Sebagaimana dapat dilihat di tengah-tengah masyarakat sering terjadi perlombaan atau balapan, seperti balapan sapi (karaban) atau juga sering kita temui orang beramai-ramai mengadu ayam jagonya dan berlomba kekuatan menubrukkan kambing, maka terhadap perlombaan atau balapan semacam itu Islam secara tegas menghukumi tidak sah, baik dengan taruhan uang atau dengan tukar menukar barang umpamanya. Dari sini pula ada sebagian Ulama yang berpendapat, bahwa perlombaan atau balapan seperti itu hukumnya haram dengan alasan perbuatan itu sama saja dengan perjudian.

Sahnya Perlombaan

وَ) تَصِحُّ (الْمُنَاضَلَةُ) أَيْ الْمُرَامَاةُ (باِلسِّهَامِ إِذَا كَانَتِ الْمَسَافَةُ) أَيْ مَسَافَةُ مَا بَيْنَ مَوْقِفِ الرَّامِي وَالْغَرْضِ الَّذِيْ يُرْمَى إِلَيْهِ (مَعْلُوْمَةً وَ) كَانَتْ (صِفَةُ الْمُنَاضَلَةِ مَعْلُوْمَةً) أَيْضاً بِأَنْ يُبَيِّنَ الْمُتَنَاضَلَانِ كَيْفِيَةَ الرَّمِي مِنْ قَرْعٍ، وَهُوَ إِصَابَةُ السَّهْمِ الْغَرْضِ، وَلَا يَثْبُتُ فِيْهِ أَوْ مِنْ خَشْقٍ، وَهُوَ أَنْ يَثْقُبَ السَّهْمُ الْغَرْضَ وَيَثْبُتُ فِيْهِ أَوْ مِنْ مَرْقٍ، وَهُوَ أَنْ يَنْفُذَ السَّهْمُ مِنَ الْجَانِبِ الآخَرِ مِنَ الْغَرْضِ

Dan sah hukumnya perlombaan memanah dengan menggunakan jemparing, yaitu ketika jarak antara tempat berhentinya pemanah dan tempat sasaran yang harus terkena panahannya telah diketiahui. Demikian juga harus jelas diketahui mengenai sifat panahan tersebut, di mana si pemanah dapat menjelaskan cara memanahnya, seperti asal mengenak, maksudnya anak panah itu dapat mengena pada tempat yang menjadi sasarannya, tidak perlu anak panah itu harus tetap berada di tempat sasaran atau juga sampai menancap artinya sampai melobangi tempat sasaran dan tetap (menancap) di situ atau bahkan anak panah itu sampai menembus arah lain dari tempat sasaran.

Upah Perlombaan

وَاعْلَمْ أَنَّ عِوَضَ الْمُسَابَقَةِ هُوَ الْمَالُ الَّذِيْ يُخْرَجُ فِيْهَا. وَقَدْ يُخْرِجُهُ أَحَدُ الْمُتَسَابِقَيْنِ وَقَدْ يُخْرِجَانِهِ مَعاً وَذَكَرَ الْمُصَنِّفُ الْأَوَّلَ فِيْ قَوْلِهِ (وَيُخْرَجُ الْعِوَضُ أَحَدُ الْمُتَسَابِقَيْنِ حَتَّى أَنَّهُ إِذَا سَبَقَ) بِفَتْحِ السِّيْنِ غَيْرَهُ (اِسْتَرَدَّهُ) أَيْ الْعِوَضَ الَّذِيْ أَخْرَجَهُ (وَإِنْ سُبِقَ) بِضَمِّ أَوَّلِهِ (أَخَذَهُ) أَيْ الْعِوَضَ (صَاحِبُهُ) السَّابِقُ (لَهُ)

Ketahulilah!. Bahwasanya upah balapan itu ialah harta yang di keluarkan dalam balapan tersebut kadang-kadang salah satu dari dua orang yang balapan itulah yang mengeluarkannya dan juga kadang-kadang kedua-duanya mengeluarkan secara bersama. Mushannif menerangkan yang pertama dalam perkataannya bahwa salah satu dari pihak yang bermusabaqah (lomba) memanah itu yang mengeluarkan upah, sehingga ketika salah seorang itu ( Lafadl Sabaqo dibaca fathah hurup Sinnya) atas lainnya, maka orang itu boleh menarik upahnya yang telah di keluarkan, jika dia didahului (maksudnya kalah) dengan lawannya, maka si lawan yang menang itu boleh (berhak) untuk mengambil upah tersebut (kata Subiq dibaca dhammah Sinnya).

Upah yang tidak sah dalam perlombaan kecuali ada muhallil

وَذَكَرَ الْمُصَنِّفُ الثَّانِيْ فِيْ قَوْلِهِ (وَإِنْ أَخْرَجَاهُ) أَيْ الْعِوَضَ الْمُتَسَابِقَانِ (مَعاً لَمْ يَجُزْ) أَيْ لَمْ يَصِحَّ إِخْرَاجَهُمَا لِلْعِوَضِ (اِلَّا أَنْ يُدْخِلَا بَيْنَهُمَا مُحَلِلاً) بِكَسْرِ اللَّامِ الْأُوْلَى، فِيْ بَعْضِ النُّسَخِ إِلَّا أَنْ يَدْخُلَ بَيْنَهُمَا مُحَلَّلٌ (فَإِنْ سَبَقَ) بِفَتْحِ السِّيْنِ كُلاًّ مِنَ الْمُتَسَابِقَيْنِ (أَخَذَ الْعِوَضَ) الَّذِيْ أَخْرَجَاهُ (وَإِنْ سَبَقَ) بِضَمِّ أَوّلِهِ (لَمْ يَغْرَمْ) لَهُمَا شَيْئاً

Selanjutnya Mushannif menerangkan yang ke dua dalam perkataannya : Dan jika kedua orang yang berlomba itu sama-sama mengeluarkan upah, maka tidak sah pengeluaran upah kedua orang tersebut, kecuali bila keduanya memasukkan orang yang menyelai (pihak ketiga), kata Muhallil dengan dibaca kasrah hurup Lamnya yang pertama. Menurut sebagian keterangan (dikatakan, pen.) kecuali bila di antara ke duanya terdapat Muhallil (orang ketiga yang menyelai) di antara keduanya.
Jika si Muhallil mendahului (kata Sabaq dibaca fathah hurup Sin nya masing-masing dan kedua orang yang berlomba itu maka hendaknya si Muhallil mengambil upah yang dikeluarkannya oleh dua orang tersebut, dan jika si Muhallil didahului (kata Sabaq dibaca dhammah hurup Sinnya) maka si Muhallil tidak wajib mengganti sedikitpun pada kedua orang itu.

Lomba
Lomba

Demikian Materi tentang ; Lomba; Baik Memanah & Semisalnya Hukumnya Menurut Fiqih semoga saja materi yang sesingkat ini dapat difahami oleh para pembaca. Mohon abaikan saja bila dalam materi tersebut tidak sefaham dengan para pembaca. Terimaksih kami ucapka atas kunjungannya.