Shalat Istisqa : Memohon Siraman Air Hujan Dari Allah

Diposting pada

Shalat Istisqa : Memohon Siraman Air Hujan Dari Allah – Pada kesemptan kali ini Fiqih.co.id akan menerangkan tentang Shalat Istisqa. Shalat meminta hujan dari Allah adalah disunnahkan.

Daftar Isi

Shalat Istisqa : Memohon Siraman Air Hujan Dari Allah

Mengenai Shalat Istisqa ini akan kami terangkan secara ringkas. Keterangan tentang Shalat Istisqa kami mengutip dari satu pasal yang terdapat dalam Fathul-qorib.

Mukodimah

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ،  وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ

Jam’ah, dan Para Santri, Rahimakumllah. Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah Subhanhu wa Ta’ala. Shalawat dan Salamsemoga tetap tercurah kepada jungjunan kita Nabi Agung Muhammad, SAW.

Pembaca yang dirahmati Allah, mari kita ikuti secara seksama uraian tentang Shalat Istisqa.

Dan kali ini kami akan menerangkan tentang prihal tersebut. Untuk lebih jelasnya mari kita ikuti pasal berikut ini.

Hukum Shalat Istisqa

﯁(فصل): فِيْ أَحْكَامِ صَلَاةِ الْاِسْتِسْقَاءِ. أَيْ طَلَبِ السُّقْيَا مِنَ اللهِ تَعَالَى (وَصَلَاةُ الْاِسْتِسْقَاءِ مَسْنُوْنَةٌ) لِمُقِيْمٍ وَمُسَافِرٍ عِنْدَ الْحَاجَةِ مِنْ اِنْقِطَاعِ غَيْثٍ أَوْ عَيْنِ مَاءٍ وَنَحْوِ ذَلِكَ، وَتُعَادُ صَلَاةُ الْاِسْتِسْقَاءِ ثَانِياً وَأَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ، إِنْ لَمْ يُسْقَوْا حَتَّى يَسْقِيْهِمُ اللهُ

Pasal: Menerangkan tentang beberapa hukum shalat Istisqa, yaitu shalat meminta hujan dari Allah swt. Shalat istisqa itu hukumnya disunnahkan bagi orang yang berada ditempat tinggal dan orang yang bepergian, ketika ada kebutuhan yaitu hujan terputus atau sumbernya air juga terputus dan sebagainya. Dan diulang kembali shalat istisqa sampai dua kali dan boleh juga lebih dari itu, jika memang belum diberi hujan sampai Allah menurunkan hujan kepada mereka.

Sunnahnya Bagi Pemimpin Setempat

(فَيَأْمَرُهُمْ) نُدْباً (اْلإيمَامُ) وَنَحْوُهُ (بِالتَّوْبَةِ) وَيَلْزِمُهُمْ اِمْتِثَالُ أَمْرِهِ كَمَا أَفْتَى بِهِ النَّوَوِيُّ وَالتَّوْبَةُ مِنَ الذَّنْبِ وَاجِبَةٌ أَمَرَ الْإِمَامُ بِهَا أَوْلاً (وَالصَّدَقَةِ وَالْخُرُوْجِ مِنَ الْمَظَالِمِ) لِلْعِبَادِ (وَمَصَالِحَةِ الْأَعْدَاءِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ) قَبْلَ مِيْعَادِ الْخُرُوْجِ فَيَكُوْنُ بِهْ أَرْبَعَةً (ثُمَّ يَخْرُجُ بِهِمْ فِيْ الْيَوْمِ الرَّابِعِ) صِيَاماً غَيْرَ مُتَطَيِّبِيْنَ وَلَا مُتَزَيِّنَيْنَ بَلْ يَخْرُجُوْنَ (فِيْ ثِيَابِ بِذْلَةٍ) بِمُوَحِدَّةٍ مَكْسُوْرَةٍ وَذَالٍ مُعْجِمَةٍ سَاكِنَةٍ، وَهِيَ مَا يُلْبَسُ مِنْ ثِيَابِ الْمُهِنَّةِ وَقْتَ الْعَمَلِ (وَاسْتِكَانَةٍ) أَيْ خُشُوْعٍ (وَتَضَرُّعٍ) أيْ خُضُوْعٍ وَتَذَلُّلٍ، وَيَخْرُجُوْنَ مَعَهُمْ الصِّبْيَانُ وَالشُّيُوْخُ وَالْعَجَائِزُ وَالْبَهَائِمُ (وَيُصَلِّي بِهِمُ) الْإِمَامُ أَوْ نَائِبُهُ (رَكْعَتَيْنِ كَصَلَاةِ الْعِيْدَيْنِ) فِيْ كَيْفِيَتِهِمَا مِنَ الْاِفْتِتَاحِ وَالتَّعَوُّذِ وَالتَّكْبِيْرِ سَبْعاً فِيْ الرَّكْعَةِ الْأُوْلَى، وَخَمْساً فِيْ الرَّكْعَةِ الثَّانِيَّةِ يَرْفَعُ يَدَيْهِ

Sunnah bagi imam dan yang sepadan dengannya agar memerintahkan kepada mereka untuk bertaubat. Dan wajib bagi mereka melaksanakan perintahnya imam, sebagaimana fatwa imam Nawawi, bahwa taubat dari dosa itu adalah wajib, baik imam memerintahkan atau tidak.

Dan memerintahkan supaya bershadaqah, keluar dari kedurhakaan kepada manusia, berbuat baik kepada musuh dan puasa 3 hari sebelum hari ketentuan untuk keluar. Sesampainya hari ketentuan (mengerjakan shalat istisqa,) puasanya berjumlah 4 hari.

Kemudian hendaknya mereka keluar pada hari yang keempat dalam keadaan masih berpuasa dengan tidak memakai wangi-wangian dan juga tidak sama berhias diri, tetapi mereka keluar dalam keadaan memakai pakaian biasa yang dipakai di waktu bekerja.

Dan berjalan dengan Khusyu’, merasa hina dan hendaknya ikut keluar beserta mereka para anak kecil, para orang tua, para orang tua yang sudah lemah dan binatang piaraan.

Hendaknya imam atau gantinya, mengerjakan shalat dua rakaat beserta mereka, sebagaimana shalat dua Hari Raya di dalam hal cara-caranya dari membaca do’a iftitah, ta’auwwudz, takbir 7 kali dalam rakaat yang pertama dan takbir 5 kali di dalam rakaat yang kedua dengan mengangkat

dua tangannya.

Khuthbah Istisqa Bagi Imam

﯁(ثُمَّ يَخْطُبُ) نُدْباً خُطْبَتَيْنِ كَخُطْبَتَيْ الْعِيْدَيْنِ فِيْ الْأَرْكَانِ، وَغَيْرِهَا لَكِنْ يَسْتَغْفِرُ اللهَ تَعَالَى فِيْ الْخُطْبَتَيْنِ بَدَلَ التَّكْبِيْرِ أَوْلَهُمَا فِيْ خُطْبَتَيِ الْعِيْدَيْنِ، فَيَفْتَتِحُ الْخُطْبَةَ الْأُوْلَى بِالْاِسْتِغْفَارِ تِسْعاً وَالْخُطْبَةَ الثَّانِيَّةَ سَبْعاً. وَصِيْغَةُ الْاِسْتِغْفَارِ أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

Kemudian imam sunnah melakukan dua khutbah seperti dua khuhbah Hari Raya dalam rukun-rukunnya, dan lain-lainnya. Tetapi di dalam dua khuthbah itu beristighfar (meminta ampun) kepada Allah swt. sebagai gantinya takbir pada permulaannya dua khuthbah dalam shalat dua Hari Raya.

Maka hendaknya khothib memulai khuthbah yang pertama dengan membaca istighfar 9 kali dan dalam khuthbah kedua 7 kali.

Adapun bentuk lafadlnya istighfar ialah:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

Aku bermohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia yang hidup dan yang berdiri. Aku bertaubat kepada-Nya.

Waktu Pelaksanaan Dua Khuthbah Istisqa

وَتَكُوْنُ الْخُطْبَتَانِ (بَعْدَهُمَا) أَيْ الرَكْعَتَيْنِ (وَيُحَوِّلُ) الْخَطِيْبُ (رِدَاءَهُ) فَيْجْعَلُ يَمِيْنَهُ يَسَارَهُ وَأَعْلَاهُ أَسْفَلَهُ، وَيُحَوِّلُ النَّاسُ أَرْدِيَتَهُمْ مِثْلَ تَحْوِيْلِ الْخَطِيْبِ (وَيُكْثِرُ مِنَ الدُّعَاءِ( سِراًّ وَجَهْراً، فَحَيْثُ أَسَرَّ الْخَطِيْبُ أَسَرَّ الْقَوْمُ بِالدُّعَاءِ، وَحَيْثُ جَهَرَ أَمَنُوْا عَلَى دُعَائِهِ (وَ) يُكْثِرُ الْخَطِيْبُ مِنَ (الْاِسْتِغْفَارِ) وَيَقْرَأُ قَوْلَهُ تَعَالىَ: {اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إنَّهُ كَانَ غَفّاراً يُرْسِل السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً} (سورة نوح، الآيتان: ١٠ – ١١) وَفِيْ بَعْضِ نُسْخِ الْمَتْنِ زِيَادَةٌ، وَهِيَ (وَيَدْعُوْ بِدُعَاءِ رَسُوْلِ اللهِ

Dua khuthbah itu dilakukan sesudah selesai mengerjakan shalat dua rakaat. Hendaknya khathib memindahkan selindangnya dari arah kanannya ke arah kirinya dan dari atas selindang ke bagian bawahnya.

Demikian pula hendaknya makmum memindahkan selindang mereka sendiri, sebagaimana khathib memindahkan selindangnya.

Dan juga hendaknya memperbanyak di dalam mendo’a, baik dengan suara rendah atau keras, sekiranya khathib merendahkan suaranya maka para makmum pun merendahkan suara dalam mendo’a, dan sekiranya khathib mengeraskan suaranya, maka para makmum sama mengAmiini do’anya khathib tersebut.

Khathib supaya memperbanyak dalam membaca istighfar dan membaca firman Allah Ta’ala : “Hendaknya kamu sekalian memohon ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Maha Pengampun, maka akan Dia turunkan hujan dari langit dengan lebat (deras).

Tersebut di dalam sebagian keterangan Kitab Matan, terdapat tambahan yaitu berdo’alah kamu sekalian sebagaimana do’a Rasulullah shollallahu ‘alaihi was alam.

Doa Istisqa

اللَّهُمَّ اجْعَلْها سُقْيا رَحْمَةٍ وَلا تَجْعَلْها سُقْيا عَذَابٍ وَلا مَحقٍ وَلا بَلاءٍ، وَلا هَدْمٍ وَلا غَرَقٍ، اللَّهُمَّ عَلَى الظِّرَابِ وَالآكَامِ وَمَنَابِتِ الشّجَرِ وَبُطُونِ الأودِيَةِ، اللَّهُمَّ حَوَالَيْنا وَلاَ عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنا غَيْثاً مغِيثاً هَنِيئاً مَرِيئاً مُرِيعاً سَحّاً عامّاً غَدَقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ القَانِطِينَ، اللَّهُمَ إنَّ بِالعِبادِ وَالبِلاَدِ مِنَ الجهْدِ وَالْجوعِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إلاّ إلَيْكَ، اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكاتِ السَّمَاءِ وَأنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنّا مِنَ البَلاءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً فَأَرْسِل السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً

Arti Doa Istisqa

Ya Allah. Jadikanlah hujan itu, hujan yang memberi rahmat. Jangan Engkau jadikan hujan siksa, bukan hujan yang menghilangkan bukan hujan yang mendatangkan bala”, bukan hujan yang menghancurkan dan bukan hujan yang menenggelamkan.

Ya Allah, Hendaknya Engkau turunkan hujan pada tempat-tempat yang tinggi dan yang rendah, tempat tumbuhnya pohon-pohonan dan bagian dalamnya jurang. Ya Allah. Engkau turunkan hujan di kanan kiri kita dan jangan Engkau turunkan hujan yang menyengsarakan kita. Ya, Allah, Engkau turunkan hujan yang memberikan pertolongan, enak, mudah, menuju aliran-aliran air yang tawar, mengalir, pangkat, yang besar dan yang abadi sam pai hari kiyamat. Ya Allah. Semoga Engkau mem berikan hujan (siraman) kepada kita semua dan jangan sampai kita ini termasuk daripada orang-orang yang memutuskan rahmat-Mu. Ya Allah. Sesungguhnya para penduduk, beberapa negeri berada dalam kepayahan, kelaparan dan

kesempitan. Keadaan ini bukanlah aku melaporkan kepada-Mu. Ya, Allah. Somoga Engkau tumbuhkan tanamanku, Engkau lebatkan susu, turunkan atas diriku beberapa berkah dari langit, tumbuhkan atas diriku beberapa berkah bumi dan hindarkanlah diriku dari bahaya sebab tiada

yang dapat menghilangkannya selain Engkau. Ya, Allah. Aku memohon ampun kepada-Mu, sesungguhnya Engkau itu adalah yang Maha Pengampun, maka turunkan atas diriku hujan yang lebat (bermanfaat).

Setelah Hujan Turun

وَيَغْتَسِلُ فِيْ الْوَادِي إذَا سَالَ وَيُسَبِّحُ للرَّعْدِ وَالبَرْقِ”) اِنْتَهَتِ الزِّيَادَةُ وَهِيَ لِطُوْلِهَا لَا تُنَاسِبُ حَالَ الْمَتْنِ مِنَ الْاِخْتِصَارِ والله أعلم

Ketika hujan turun, air sudah mulai mengalir maka hendaknya sama mandi di dalam jurang dan membaca tasbih sebab ada petir dan kilat. Selesailah sudah tambahan yang terdapat di dalam kitab Matan, karena panjangnya tambahan itu, menjadikan tidak sesuai keadaannya kitab Matan yang bentuknya ringkas. Hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Shalat Istisqa Memohon Siraman Air Hujan Dari Allah.jpg
Shalat Istisqa Memohon Siraman Air Hujan Dari Allah.jpg

Demikian Uraian kami tentang: Shalat Istisqa : Memohon Siraman Air Hujan Dari Allah – Semoga bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua. Abaikan saja uraian kami ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya. Wallahu A’lamu bish-showab.