Shalat Idain, Hukum Shalat Dua Hari Raya Fithri & Qurban

Diposting pada

Shalat Idain, Hukum Shalat Dua Hari Raya Fithri & Qurban – Pada kesemptan kali ini Fiqih.co.id akan menerangkan tentang Shalat Idain. Shalat Idain adalah Shalat dua hari raya. Dalam Pembahasan tentang Shalat Idain ini kami mengutip dari kitab fathul qorib, Fiqih Madzhab Syafi’i.

Daftar Isi

Shalat Idain, Hukum Shalat Dua Hari Raya Fithri & Qurban

Untuk Idain hukmnya adalah Sunnah Muakkad. Keterangan tentang Shalat dua hari raya kami sesuaikan dengan satu pasal dalam fiqih.

Mukodimah

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ،  وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ

Kaum Muslimiin, dan Para Santri, Rahimakumllah. Mari kita senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanhu wa Ta’ala. Dan juga senantiasa membaca shalawat buat jungjunan kita Nabi Agung Muhammad, SAW.

Pembaca yang dirahmati Allah, sebagaimana kita tahu bahwa mencari ilmu itu wajib hukmnya. Oleh karenanya mari kita terus belajar dan semangat tholabul’ilmi.

Dan kali ini kami akan menerangkan menganai shalat ‘id, untuk lebih jelasnya mari kita ikuti pasal berikut ini.

Shalat Idain

﯁(فَصْلٌ): وَصَلَاةُ الْعِيْدَيْنِ أَيْ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى (سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ) وَتُشْرَعُ جَمَاعَةً وَلِمُنْفَرِدٍ وَمُسَافِرٍ وَحُرٍّ وَعَبْدٍ وَخُنْثَى، وَامْرَأَةٍ لَا جَمِيْلَةٍ وَلَا ذَاتِ هَيْئَةٍ، أَمَّا الْعَجُوْزُ فَتَحْضُرُ الْعِيْدَ فِيْ ثِيَابِ بَيْتِهَا بِلَا طَيِّبٍ،

Pasal: Menerangkan tentang shalat dua hari raya. Yakni hari raya ‘Idul Fithri dan hari raya Qurban. Hukum Shalat Idain adalah sunnah yang sangat ditekankan.

Shalat hari raya tersebut dilakukan dengan berjama’ah. Baik bagi orang yang shalat sendirian, yang bepergian, orang yang merdeka, budak, orang banci dan orang perempuan.

Tidak disunnahkan shalat hari raya bagi perempuan cantik dan yang mempunyai sifat genit. Adapun orang yang tidak mampu (tidak kuasa) maka hendaknya mengerjakan shalat ‘id dengan pakaian yang dipakai sehari-harinya di rumah tanpa memakai wangi-wangian.

Waktu Shalat Hari Raya

وَوَقْتُ صَلَاةِ اْلعِيْدَيْنِ مَا بَيْنَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَزَوَالِهَا (وَهِيَ) أَيْ صَلَاةُ الْعِيْدِ (رَكْعَتَانِ) يَحْرُمُ بِهِمَا بِنِيَّةِ عِيْدِ الْفِطْرِ أَوْ الْأَضْحَى وَيَأْتِي بِدُعَاءِ الْاِفْتِتَاحِ وَ (يُكَبِّرُ فِي) الرَّكْعَةِ (اْلأُوْلَى سَبْعاً سِوَى تَكْبِيْرَةِ الْإِحْرَامِ) ثُمَّ يَتَعَوُّذُ وَيَقْرَأُ الْفَاتِحَةَ، ثُمَّ يَقْرَأُ بَعْدَهَا سُوْرَةَ ق جَهْراً (وَ) يُكَبِّرُ (فِيْ) الرَّكْعَةِ (الثَّانِيَةِ خَمْساً سِوَى تَكْبِيْرَةُ الْقِيَامِ) ثُمَّ يَتَعَوُذُ ثُمَّ يَقْرَأُ الْفَاتِحَةَ وَسُوْرَةَ اِقْتَرَبَتْ جَهْراً

Shalat Hari Raya itu waktunya ialah di antara terbitnya matahari dan condongnya. Shalat Hari Raya itu terdiri dari dua rakaat bertakbiratul Ihram dengan niat shalat Hari Raya Fithrah atau Hari Raya Qurban. Sesudah Takbiratul Ihram kemudian membaca do’a iftitah. Dan bertakbirlah sebanyak 7 kali pada rakaat pertama.

Selain dari Takbiratul Ihram, kemudian membaca Ta’awwudz, membaca Fatihah lalu membaca surat Qaaf dengan suara keras sesudah membaca Fatihah.

Dan bertakbirlah sebanyak 5 kali pada rakaat yang kedua, selain dari takbirnya berdiri, kemudian membaca Ta’awwudz, membaca Fatihah lalu membaca surat Iqtarabat dengan suara keras pula.

Dua Khutbah Hari raya

﯁(وَيَخْطُبُ) نُدْباً (بَعْدَهُمَا) أيْ الرَّكْعَتَيْنِ (خُطْبَتَيْنِ يُكَبِّرُ فِيْ) اِبْتِدَاءِ (الْأُوْلَى تِسْعاً) وِلَاءً (وَ) يُكَبِّرُ (فِيْ) اِبْتِدَاءِ (الثَّانِيَةِ سَبْعاً) وِلَاءً، وَلَوْ فَصَلَ بَيْنَهُمَا بِتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَثَنَاءٍ كَانَ حَسَناً

Sunnah menunaikan dua khutbah sesudah mengerjakan shalat dua rakaat. Khathib bertakbir di permulaan khuthbah yang pertama sebanyak 9 kali secara bersambung. Dan di permulaan khuthbah kedua bertakbir 7 kali dengan bersambung pula.

Jika antara dua khuthbah itu terpisah dengan bacaan Tahmid, Tahlil dan pujian maka yang demikian ini adalah baik.

Bagian Takbir

وَالتَّكْبِيْرُ عَلَى قِسْمَيْن : مُرْسَلٌ وَهُوَ مَا لَا يَكُوْنُ عَقِبَ صَلَاةِ. وَمُقَيَّدٌ وَهُوَ مَا يَكُوْنُ عَقِبَهَا. وَبَدَأَ الْمُصَنِفُ بِالْأَوَّلِ فَقَالَ (وَيُكَبِّرُ) نُدْباً كُلُّ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَحَاضِرٍ وَمُسَافِرٍ فِيْ الْمَنَازِلِ، وَالطُّرُقِ وَالْمَسَاجِدِ وَالْأَسْوَاقِ. (مِنْ غُرُوْبِ الشَّمْسِ مِنْ لَيْلَةِ الْعِيْدِ) أَيْ عِيْدِ الْفِطْرِ وَيَسْتَمِرُ هَذَا التَّكْبِيْرُ (إِلَى أَنْ يَدُخُلَ الْإِمَامُ فِيْ الصَّلَاةِ) لِلْعِيْدِ وَلَا يُسَنُ التَّكْبِيْرُ لَيْلَةَ عِيْدِ الْفِطْرِ عَقِبَ الصَّلَوَاتِ، وَلَكِنَّ النَّوَوِيُّ فِيْ الْأَذْكَارِ اِخْتَارَ أَنَّهُ سُنَّةٌ

Takbir di sini terbagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu Takbir Mursal dan Takbir Muqayyad.

Takbir Mursal ialah takbir yang dilakukan mengiringi shalat Hari Raya Fitrah. Takbir Muqayyad, ialah takbir yang dilakukan mengiringi shalat Hari Raya Qurban.

Kemudian mushannif mulai menerangkan takbir yang pertama (takbir Mursal).

Beliau berkata, bahwa : Sunnah bertakbir bagi setiap orang laki-laki, perempuan, orang yang berada di rumah, orang yang sedang bepergian di tempat-tempat pondokan, masjid-masjid dan pasar-pasar, mulai mata hari terbenam pada malam Hari Raya Fithrah.

Hendaknya takbiran tersebut berlangsung terus sampai imam masuk masjid mengerjakan shalat Hari Raya itu.

Tidak disunnahkan bertakbiran pada malam Hari Raya Fithrah yang dilakukan sesudah mengerjakan beberapa shalat.

Tetapi di dalam kitab Adzkar Imam Nawawi memilih, bahwa takbiran sesudah mengerjakan beberapa shalat itu hukumnya sunnah.

Takbir Muqayyad

ثُمَّ شَرَعَ فِيْ التَّكْبِيْرِ الْمُقَيَّدِ فَقَالَ (وَ) يُكَبِّرُ (فِيْ) عِيْدِ (الْأَضْحَى خَلْفَ الصَّلَوَاتِ الْمَفْرُوْضَاتِ) مِنْ مُؤَدَّاةٍ وَفَائِتَةٍ وَكَذَا خَلْفَ رَاتِبَةٍ، وَنَفْلِ مُطْلَقٍ وَصَلَاةِ جَنَازَةٍ (مِنْ صُبْحِ يَوْمِ عَرْفَةَ إِلَى الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ) وَصِيْغَةُ التَّكْبِيْرِ

Kemudian mushannif melanjutkan pembicaraannya mengenai Takbir Muqayyad, maka beliau berkata : Bertakbirlah di Hari Raya Qurban sesudah mengerjakan shalat-shalat fardhu, baik orang itu mengerjakan shalat pada waktunya (Ada) dan mengerjakan shalat Qadhak. Demikian juga sesudah shalat rawatib, shalat sunnah muthlaq dan shalat janazah.

Takbiran itu tadi dimulai dari Shubuhnya hari Arafah sampai datang waktu ‘Ashar dari hari tasyriq yang terakhir.

Lafadz Takbir

Adapun bentuk lafadz Takbir adalah sebagai berikut :

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ اللهُ أكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ

Artinya: Allahu Akbar x3. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah. Dialah yang Maha Besar Allah Maha Besar, bagi-Nya segala puji. Allah Maha Besar Segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore. Tiada Tuhan kecuali hanya Allah Yang Esa. Dialah yang telah membenarkan janjinya, memberikan pertolongan kepada hambanya, memberikan kemenangan balatentara-Nya dan mengalahkan musuh-musuh-Nya.

Shalat Idain, Hukum Shalat Dua Hari Raya Fithri & Qurban
Shalat Idain, Hukum Shalat Dua Hari Raya Fithri & Qurban

Demikian Uraian kami tentang: Shalat Idain, Hukum Shalat Dua Hari Raya Fithri & Qurban – Semoga bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua. Abaikan saja uraia kami ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya. Wallahu A’lamu bish-showab.